Rabu, Mei 27, 2015

Antologi Cerpen : Sahabat Tetap Sahabat

Sahabat Tetap Sahabat
Oleh  : Prima Fieshta N.K.

            Siapa yang tidak mengenal sekelompok sahabat ini di desa dan sekolahnya. Sekelompok sahabat itu adalah Fendi, Tito, dan Nano. Mereka mempunyai watak dan karakteristik yang berbeda. Fendi mempunyai rambut keriting dan kulit hitam namun dia sabar dan kreatif. Tito berparas tampan dan berkulit putih sifatnya cerdas tetapi suka dengki. Sedangkan Nano terlihat berwibawa dengan sifatnya yang kreatif dan bijak.
            Suatu hari saat mereka berangkat untuk melaksanakan Ujian Nasional SMP Nano berkata, ”Semoga kita lulus dengan nilai yang memuaskan.”
“Ya semoga saja Allah mengabulkan,“ sahut Fendi dan Tito.
            Dua bulan menunggu akhirnya hasil Ujian Nasional mereka pun keluar.
Nano berkata, ”Alhamdulillah kita lulus dengan hasil yang memuaskan, rencananya kalian akan melanjutkan di SMA mana kawan?”
Fendi menjawab, ”Gak usah jauh-jauh di SMA 48 Kediri aja.”
“Kalau aku ke Man 4 Kediri, sedangkan kamu, No?” sahut Tito.
“Aku insya Allah melanjutkan di SMK 10 Kediri,” jawab Nano.
Tidak terasa tiga tahun pun telah mereka jalani. Sekelompok sahabat itu pun telah menjadi mahasiswa di Universitas yang terkenal. Fendi menjadi mahasiswa di Universitas Oxford yang berada di negeri Paman Sam. Sementara Tito dan Nano berkuliah di Universitas Harfad yang berada di negara Jerman.
            Setelah mereka menyelesaikan kuliah S3 dengan nilai yang sangat memuaskan, Fendi pun berkeinginan mendirikan perusahaan elektronik, rupanya hal tersebut juga dilakukan oleh Tito dan Nano. Fendi mendirikan perusahaanya dengan nama Flash, sementara Tito dan Nano menamakan brandnya dengan nama Wonder. Perusahaan mereka menggemparkan dunia karena belum ada satu tahun perusahaan mereka dapat mengalahkan perusahaan-perusahaan elektronik lain yang sudah berjalan selama belasan tahun. Perusahaan Fendi menjadi sangat populer dan mempunyai banyak pelanggan.
            Tito yang mengetahui hal tersebut mempunyai hasrat jahat untuk menjatuhkan perusahaan Fendi. Dengan segala tuduhan dari Tito, Fendi pun tetap sabar. Namun pada akhirnya sifat manusiawi Fendi pun keluar hingga kasus ini diselesaikan dengan rana hukum. Setelah diadili, Tito pun harus meringkuk dalam penjara selama 15 tahun serta denda sebesar 100 milyar akibat tuduhan yang dilakukanya. Perusahaan Tito akhirnya harus gulung tikar dan semua harta kekayaannya habis untuk membayar denda tersebut. Hal tersebut ternyata juga berimbas kepada sanak familinya, keluarga Tito yang dulu bisa menikmati kasur yang empuk dan makanan yang nikmat sekarang terpaksa harus tidur di kolong jembatan. Keseharian keluarganya kini setiap hari adalah memungut sampah, mengemis, dan mengamen.
            Satu bulan kemudian Nano mengirim surat kepada Fendi. Inti isi surat tersebut adalah permohonan maaf Tito dari Nano dan ajakan Nano untuk membebaskan Tito demi menjaga tali persahabatan mereka.
            Fendi menyucurkan air mata seusai membaca surat itu dan teringat masa lalunya yang diselimuti kebahagiaan dan kesedihan bersama dua sahabatnya itu.
            Kesehariaan Fendi sekarang hanya terpikirkan oleh satu hal yaitu masa lalunya bersama sahabatnya. Akibat dari hal itu Fendi tidak konsentrasi saat melakukan aktifitas, pikiranya hanya mengacu ke satu hal yaitu masa lalunya bersama sahabatnya. Fendi merasa sangat terganggu dengan hal tersebut bahkan ia tidak bisa tidur karena hal tersebut. Setiap hari ia sholat malam dan berdoa, “Ya Allah, mengapa pikiranku sekarang sangat terganggu dengan keberadaan sahabatku yang berada di penjara. Apakah ini merupakan petunjukmu kepadaku untuk membebaskan sahabatku? Tolonglah aku ya Allah, berikanlah aku petunjukmu.” Fendi terus memikirkan hal ini selama 2 bulan hingga badanya tinggal tulang dan kulit. Ia akhirnya menemukan jawabanya bertepatan dengan hari ulang tahun Tito dan jawaban Fendi adalah ia harus membebaskan Tito dari jeruji penjara.
            Setelah ia bebas dari penjara Tito berkata kepada Fendi, ”Maafkan aku ya, karena sudah memfitnah perusahaanmu.”
“Iya tidak apa-apa, maafkan aku juga ya karena sudah memenjarakanmu,” jawab Fendi dengan tersenyum.
“To kamu lupa nggak hari ini hari apa?“ tambah Fendi.
Tito menjawab, ”Hari apa yaa apakah hari ini hari pendidikan nasional, hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan atauu hari ulang tahunmu ya mungkin?“
Fendi menjawab, ”Coba kamu lihat kalender itu.”
Tito menjawab, ”Ooo ya ampun, ini kan hari ulang tahunku.”
“Selamat ulang tahun ya kawan,” seru Fendi seraya memegang pundak Tito.
“Terima kasih teman untuk ucapanya kamu memang sahabat sejati,“ jawab Tito.
“Ini nih ada sebuah kue tar untuk merayakan ulang tahunmu, tolong lilinya ditiup setelah Aku dan Nano menyanyikan lagu panjang umurnya, pinta Fendi. Setelah Fendi dan Nano menyanyikan lagu dan Tito meniupnya, Tito berdoa, isi doa tersebut adalah Tito ingin diberi keluarga yang tenteram, dipersatukan selamanya bersama sahabatnya, dan kebahagian dunia akhirat.
            Keesokan harinya lewat telepon genggam Tito bertanya kepada Fendi, ”Kamu mau tidak jika perusahaan elektronik kita digabung?”
Fendi menjawab, ”Ayo kita bertemu di Restaurant dekat Showroom mobil di jalan California sekarang untuk membicarakan masalah ini!
            Mereka pun bertemu di sebuah Restaurant. Tito berkata, ”Mungkin ini terdengar konyol bagimu, tetapi dengan cara ini kita bisa membangun kembali tali persahabatan kita dan mempopulerkan namaku lagi seperti dulu.“
“Lalu apa hubunganya dengan namamu?“ jawab Fendi dengan bingung.
Tito menjawab, ”Hubunganya agar namaku bisa jaya seperti saat aku memiliki perusahaan elektronik, masak kamu tega dengan keadaanku yang sekarang.”
Fendi menjawab, ”Lalu rencananya kita akan menciptakan alat elektronik apa saja?”
“Menurutku handphone, laptop, televisi, dan sound dulu saja, setelah laris baru kita kembangkan,“ jawab Tito dengan menggenggamkan kedua tanganya dan wajah optimis.
Fendi berkata, ”Aku pikir sepertinya dengan cara ini perusahaan kita bisa berjaya sebab dulu perusahaan kita yang menduduki peringkat I di dunia.“
Tito menanggapi, ”Cerdas kamu Fen, tentunya jika 2 perusahaan elite kita digabung akan menghasilkan brand yang luar biasa.”
Fendi menjawab “Betul kamu To.“ 
            Mereka memberi nama perusahaan elektroniknya dengan nama Wonder Flash, dan ternyata dengan menggabungkan dua perusahaan elite milik mereka, Wonder Flash berhasil menduduki peringkat I di dunia sebagai alat elektronik terpopuler dan mendapatkan banyak penghargaan. Dampak keberhasilan Wonder Flash rupanya turut dirasakan oleh keluarga Tito, keluarga Tito kembali seperti kehidupanya yang dulu ( bahagia dan tenteram ). Tali persahabatan mereka pun semakin kuat setelah perusahaan mereka sukses.  
Tito dan keluarganya mengajak keluarga Fendi  dan Nano ke sebuah Pantai yang berada di Sao Paulo untuk berlibur dan menenangkan diri selama 2 hari. Mereka tampak sangat menikmati liburanya itu. Saat mereka menikmati es degan dan bersantai di pinggir Pantai Nano berkata, ”Persahabatan masa kecil kita akhirnya terulang ya teman.”
Fendi dan Tito menjawab, ”Ya syukurlah.“
Fendi berkata, ”Ingat nggak janji kita saat SMP dulu?”
Serentak Nano dan Tito menjawab, ”Sahabat tetap sahabatkan.”

“Hey tunggu dulu dong aku belum sempat menjawab kalian kok menjawab duluan,” sahut Fendi. Nano memegang tangan Fendi begitu pula dengan Fendi dan Tito, mereka akhirnya mengucapkan ”Sahabat tetap sahabat” dengan melompat, wajah gembira dan suara yang lantang.

Selasa, Mei 26, 2015

Fantasy story


Jejak Kaki Misterius



Pada suatu hari ada sebuah negeri yang bernama foody land. Penduduk disana sangat baik dan ramah. Di sana semua orang merasa tenteram.Namun, Akhir akhir ini negeri ini mendapat ancaman dari penghuni penghuni Drinky land yang selama ini memusuhi Foody land. Di negeri Drinky land kita merasakan betapa orang orang tidak saling peduli dan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan pada intinya penghuni negeri itu ingin menguasai negri Foody land. 
            Pada suatu hari salah satu penduduk Foody Land yang bernama Doughie sedang berjalan jalan di taman kota. Awalnya dia merasa sangat senang ,Namun tak lama kemudian dia melihat jejak kaki misterius yang berbekas di tanah taman yang masih basah karena hujan tadi malam. “Jejak kaki ini sangat aneh” gumam Doughie sambil memperhatikan jejak kaki tersebut. Karena penasaran dia pulang ke rumah untuk menemui papa Pizzie untuk menceritakan apa yang baru dilihatnya di taman. Setelah Doghie menceritakan tentang apa yang dia lihat di taman tadi sang Papa seolah olah tidak percaya dengan apa yang diceritakan Doughie. “Tidak mungkin ada jejak kaki yang aneh di taman itu mungkin kamu salah lihat” kata Papa Pizzie yang tidak percaya dengan cerita Doughie. “Tidak pa aku tidak salah lihat mari kita buktikan besok” kata Doughie berusaha meyakinkan.
            Keesokan harinya Papa Pizzie, Doughie dan Spighie berangkat menuju taman untuk membuktikan kebenaran jejak kaki itu. Dalam perjalanan mereka diselingi dengan canda gurau. Disaat mereka telah sampai di taman. Mereka benar benar melihat jejak kaki misterius yang sma dengan apa yang diceritakan Doughie kemarin. “Ini bukan jejak kaki penduduk Foody Land mungkin ini jejak kaki milik nyi Rondai “ kata Papa Pizzie. Mereka berdua terkaget “apa?? Siapa Nyi Rondai itu pa ? “tanya Doughie penasaran. Nyi Rondai adalah penyihir yang sudah lama ingin menyerang sekaligus ingin menguasai negeri kita”. Namun seketika langit berubah menjadi gelap dan muncullah seorang penyihir dan itu ternyata adalah Nyi Rondai. Seketika itu pula Papa Pizzie, Doughie, dan Spighie langsung terkejut dan hampir tidak bisa berbuat apa apa. Tak lama kemudian Nyi Rondai menyerang dengan jurus andalannya yaitu Expifood. Tetapi serangan itu dapat ditahan oleh Exorcist Tofiu dengan perisai 4Health5Perfecto. Dan serangan tadi berbalik kepada dirinya sendiri namun berhasil dihindarinya. Karena sudah saatnya Exorcist Tofiu menyiramkan air Cleo Tripple X ke arah Nyi Rondai dan akhirnya Nyi Rondai hancur lebur. Agar Nyi Rondai tak bangkit lagi maka, Papa Pizzie mengubahnya menjadi puzzle yang disimpan dalam peti dan dikubur dalam dalam di bukit Veggie.  
                                                                         Author :  Admin paling cantik di sini



Antologi Cerpen : Pemulung Kecil

Pemulung Kecil
Oleh : Adha Herfian Prayogi

          Laili dan Lita adalah saudara kembar. Wajah mereka sebenarnya tidak terlalu sama.  Walaupan saudara kembar, keduanya memiliki sikap atau sifat yang berbeda. Laili mempunyai sifat baik, ragu, dan suka menolong. Sedangkan Lita mempunyai sifat sombong. Namun, dia sayang pada saudaranya Laili. Mereka mempunyai Ayah yang kaya raya. Ayah nya bekerja di bank ternama. Keseharianya ayah mereka berangkat pagi dan pulang siang. Ibu Laili dan Lita meninggal 3 tahun yang lalu karena sakit yang dideritanya sangat parah. Walaupun begitu Laili dan Lita tidak surut semangatnya untuk belajar dengan giat.
            Pagi itu Laili dan Lita berangkat ke sekolah bersama-sama dengan Ayahnya menggunakan mobil pribadi mereka yang mewah berwarna hitam. Mereka sekolah di sekolah yang sama. Laili mempunyai prestasi lebih dibandingkan lita. Walaupun begitu  mereka saudara yang akur yang kemana-mana selalu bersama. Jam pelajaran sekolah pun dimulai hingga beberapa lama kemudian  menunjukkan 13.00 siang itu berarti mereka pulang dari sekolah. Pada saat menunggu Ayahnya di depan sekolah, Laili melihat pemulung kecil yang tubuhnya kurus, compang camping, dan ringkih sedang mengambil sisa makanan di sudut warung. Rasanya tak tega melihatnya. “ Lit, ayo kita tolong anak itu!” ajak Laili. “Ah, masak kita harus menolong pemulung itu, dia kan kotor,” jawab Lita angkuh. “ Ayolah jangan jual mahal, kita tidak boleh angkuh seperti itu!” ajak Laili sambil berdiri. “Nggak ah, aku nggak mau”tolak Lita. “Ya udah kalau tidak mau, biar aku saja” gumam Laili sambil berdiri.  Secara  cepat Lita menahan saudaranya itu untuk menolong pemulung kecil. Karena mereka engkel-engkelan pemulung kecil itu tiba-tiba menghilang dengan misterius. Perasaan Laili pun tidak enak. Mereka menunggu ayah dengan gelisah.  “ Ah, dimana sih Ayah, jam segini belum dijemput sama Ayah?” gerutu Lita sambil mondar-mandir. “Sabar, mungkin jalanan macet,” Jawab Laili dengan ragu.  Tidak beberapa lama kemudian mobil Ayah pun  tampak dari kejauhan. “Coba lihat Lit, itu tampak nya mobil Ayah!”. Tunjuk Laili. Akhirnya Laili dan Lita pun pulang sekolah. Di dalam mobil Laili bercerita kepada Ayah tentang pemulung kecil itu. ke esokan hari Laili dan Lita melihat pemulung itu lagi, pada saat ia belanja di pasar diantar Ayahnya. "Lit, itu seperti pemulung kemarin disudut warung” kata Laili sambil penasaran. “Emang kenapa?” jawab Lita angkuh. “Nggak-nggak, apa-apa” jawab Laili dengan menoleh Lita. “Ayo pulang  ayah sudah menuggu di depan!” ajak Lita. Siang itu hari sangat panas,sehingga Ayah, Laili, dan Lita pun membeli es di pinggir jalan. Setelah itu mereka pulang dengan rasa haus yang sirna.
            Mereka di perjalanan suka bernyanyi-nyanyi sambil bercanda gurau. Hingga akhirnya pun mereka terdiam karena ada kerumunan di pinggir jalan. “Ayo kita turun melihat kerumunan itu!” ajak ayah penasaran. “Nggak usah Yah, ayo buruan pulang” ajak Lita menggerutu. “Lit, jangan gitu siapa tahu ada kecelakaan” gumam Laili dengan halus. “Ah jangan berprasangka buruk” kata Ayah. Akhirnya merekapun turun melihat kerumunan itu
 Karena penasaran akhirnya Ayah, Laili, dan Lita pun turun mobil dengan cepat. Mereka berdesakan untuk menembus kerumunan orang-orang. Sedikit mulai terlihat sosok dibalik kerumunan. Ternyata yang ada di balik kerumunan itu adalah pemulung keci. Pemulung kecil itu telah menjadi korban tabrak lari dengan sepeda motor. Sontak, Ayah pun membawa pemulung kecil kerumah sakit dengan mobil Ayah, dalam keadaan pingsan. Setelah diperiksa ternyata lukan pemulung kecil tidak terlalu parah. Akhirnya pemulung itu tersadar.  “Namamu siapa?” tanya Ayah. “Namaku Tina” jawab Tina pendek. “Anda siapa” tanya Tina. “Ini Ayah kami yang tadinya mengantar mu kerumah sakit” jelas Laili. “Ya karena kamu tadi kecelakaan” sahut Ayah. “Mari ku antar  kamu pulang!” ajak Ayah. Tanpa pikir panjang Tina mau denga ajakan Ayah. “Terima kasih,” jawab Tina. Sambil mengantar Tina pulang, Ayah bertanya kepada Tina “Kamu kelas berapa?”, “Saya keluar dari sekolah, karena saya tidak punya biaya” jawab Tina dengan wajah sedih. “Kamu tinggal bersama siapa?” tanya Ayah lagi. “Saya tinggal bersama nenek saya, namanya Mbok Inem,” jawab Tina. Dalam perjalanan Tina terus bercerita tentang latar belakang ia. Tak berapa lama kemudian, sampailah di rumah Tina. “Rumah kamu sebelah mana Tin” tanya Lita dengan nada tinggi. “Sudah kita turun disini saja, karena rumah ku melewati jembatan gantung yang sempit dan rapuh” jelas Tina. Dengan pelan ia menujuk gubuk sederhananya Kebetulan Mbok Inem ada di teras rumah. Dengan penasaran Lalu Mbok Inem menyabut kedatangan mereka  dengan wajah senang.  “ Maaf ini ada apa kok Tina tumben di antar pulang”. Tanya Mbok Inem dengan wajah ragu. “Begini Mbok, tadi Tina kecelakaan tetapi keaadaannya tidak apa-apa dan kami membawa pulang kemari” jelas Ayah. Mbok Inem pun langsung terkejut. Tapi setelah jelas Ayah Mbok Inem pun merasa lega karena Tina pulang dengan keadaan membaik. “Terima kasih banyak Nak, di sini kami hidup berdua serba kekurangan, mau makan saja kekurangan biaya apalagi untuk berobat,” jelas Mbok Inem sambil menangis. Sudah Mbok jangan menagis kini Tina tidak apa-apa. Tak sanggup hati melihatnya Laili membujuk Ayahnya agar Tina bisa sekolah lagi dengan dibiayai Ayah Laili dan Lita. “Ayah, tolong Tina agar dapat sekolah lagi,”  bujuk Laili. “Ya sudah, agar ayah saja yang menangani biayanya,” ujar Ayah. Aduh nak tidak usah repot-repot”. Tolak Mbok Inem. “Kami tulus kok Mbok” jelas Lita dan Laili juga Ayah.“Beneran Nak” jawab Mbok Inem sambil kaget.
“Sekarang agar kalian nyaman untuk bertempat tinggal, bagai mana jika Mbok dan Tina tinggal bersama kami” tawaran Ayah. “Tidak usah repot-repot lagi ini saja sudah cukup” tolak Mbok Inem. “Begini mbok saya akan membiayai kebutuha Mbok juga kebutuhan Tina sekolah, agar tidak mondar-mandir kesana kemari hanya untuk memenuhi kebutuhan Mbok dan Tina”. Jelas Ayah dengan panjang. Keesokan harinya Mbok Inem dan Tina berkemas-kemas untuk meninggalkan kampung halamannya. Tidak beberapa lama kemudian mobil Laili,Lita,danAyah pun datang. Tin  tin  tin................ .”Ayo segera naik!”ajak Laili dan Lita. Mereka gembira karena mendapat teman baru sekaligus  menjadi keluarganya. Sekarang Tina bersekolah di sekolahnya Laili dan Lita. Mereka berangkat dan pulang bersama-sama. Pagi itu mereka setelah sarapan berangkat sekolah bersama-sama. Pada saat masuk kelas Laili dan Lit, Tina merasa bahagia dan kangen akan sekolahnya dulu. Bel sekolah pun berbunyi di pagi hari, itu tandanya pelajaran dimulai. Pagi itu adalah pagi spesial. Sebelum dimulainya pelajaran Bu Guru memperkenalkan murid barunya Tina. Hingga akhirnya pelajaran pun dimulai. Tina pun sangat semangat dalam belajar. Hari demi hari terus Tina jalani dengan penuh semangat. Hingga akhirnya Tina menjadi murid yang handal dan cerdas. Mereka bertiga selalu akur dan tak pernah bertengkar, mereka selalu belajar bersama.
Tak terasa sudah  satu tahun Tina sekolah lagi. Hingga akhirnya ujian semester pun datang. Mereka sangat percaya diri dan optomis mengikutinya. Nilai bagus pun diraih mereka bertiga. Dengan Laili yang menjadi juara satunya, Tiana juara duanya,dan Lita sebagai juara tiganya. “Wah, ternyata Ayah tak rugi menyekolahkan kalian” puji Ayah sambil tersenyum bangga. “Mbok juga ikut senang” kata Mbok Inem. “Terus tingkatkan dan jangan pernah terlena dengan keadaan” nasihat Mbok Inem. “Siap salalu Mbok” ucap Laili, Lita, dan Tina sambil tertawa centil. Ayah dan Mbok Inem pun juga ikut tertawa.   


    



Jumat, Mei 15, 2015

CERPEN theme : Persahabatan

                               PERSAHABATAN  di ASRAMA MADANi
Oleh : Himma  Hanifa
         
       “ Nah kita sudah  sampai. Ayo turun !!” kata mama sambil turun dari mobil. Kulihat  3 bangunan yang  berdiri kokoh di atas  tanah (ya jelaslah!kalau bukan di tanah di mana lagi? ). Oo.. jadi ini asrama madani  kataku dalam hati. Menurut informasi asrama ini khusus untuk anak perempuan. Aku segera menyusul mama yang sudah berjalan lebih dulu , “ ma barang - barangku gak diambil dulu ?”  kataku yang sudah berada di samping mama , “ O, iya mama lupa”  kata mama sambil berlari menuju mobil , aku pun segera menyusul mama. Mama membuka bagasi mobil mengambil koperku dan barang – barangku yang lain, untungnya barang yang kubawa sedikit .
        Aku dan mama segera masuk ke aula asrama tersebut untuk mengetahui kamar mana yang akan aku tempati, semoga saja teman kamarku baik semua. “ Maaf  bu  Abigail Carol  di kamar nomor berapa ?”  tanya mama pada perempuan tersebut, kulihat papan kartu namanya , rupanya namanya Quinn. “  Abigail Carol di kamar nomor 3 , ibu lurus saja dari sini lalu belok kiri dan ada kamar yang banyak disana, ibu hanya perlu lihat nomor di pintu – pintu kamar “  terang perempuan tersebut  “ ya bu terima kasih “. Kami  langsung mengikuti petunjuk yang diberikan perempuan tersebut , “ Abbey, sepertinya ini kamarmu sayang, ayo masuk!” aku segera masuk  ke kamar nomor 3. Disana terlihat beberapa anak sedang mengemasi barang – barang mereka , sepertinya mereka teman sekamarku. Mama tidak menghiraukanku menaruh barang – barangku di dipanku yang sudah di tentukan. “ Abbey, mama pulang dulu ya, baik – baik disini , ya..” kata mama lalu mama mengecup keningku dan pulang.
           Aku yang tidak melakukan apa – apa alias melamun hanya duduk di dipanku. “ hai, namamu siapa? namaku Roseanne kamu bisa panggil aku Rose,” kata anak itu memperkenalkan diri “ oh, em, namaku Abigail kamu bisa panggil aku Abbey,”  kataku.  “ kamu gak beres – beres Abbey?” Tanya Rose kepadaku , “ em, iya aku masih mau beres- beres “ jawabku, “ oh, iya lemarimu ada di pojok sendiri dekat lemariku “, terangnya sambil tersenyum padaku “ makasih “ kataku sambil membalas senyumannya. “ Mau kubantu beres- beres ? aku sudah selesai” tawarnya, aku sedikit canggung, “ tidak usah, lagian barangku sedikit kok” aku menolaknya “tidak apa, habis ini jam 13.00 kita harus ke aula, ini sudah jam setengah satu” terangnya            “ makasih nggak papa kok kamu bantuin, ayo!” ajakku kulihat wajah Rose menjadi ceria lagi. Akhirnya kami selesai beres-beres barangku. “ hhh…makasih ya kamu sudah bantuin aku “ ,“ ya gak papa kok “ , lalu aku baru sadar kalau ini sudah jam 13.00. “ Rose ayo kita ke aula! Ini sudah jam satu lho , nanti kita terlambat. Ayo!”  ajakku “ oh, iya aku sampai lupa”.
         Ternyata disini ramai sekali. “hai kak gimana di kamarmu? betah tidak?” ternyata dia anak perempuan yang sedang bertanya kepada Rose “ baik kok, aku malah dapat teman baru ini, namanya Abigail,” jawab Rose. Aku jadi bingung, “ kamu bingung ya? Oke-oke ini saudara kembarku namanya Marylin” terang Rose . “ oo… salam kenal Marylin, namaku Abigail kamu bisa panggil aku Abbey,” kataku berkenalan “ o, ya aku Marylin, kamu teman sekamar kakakku ya? “ tanyanya, “ya” jawabku. Kami bertiga segera mengambil tempat untuk  duduk. Setelah mendengar penjelasan dari kepala asrama  Mrs. Quinn tentang kegiatan di asrama kami pun kembali. Marylin dan Rose berpisah dengan berpelukan satu sama lain. Kelihatannya mereka saudara yang akur. Aku dan Rose segera kembali ke kamar.
           Aku melihat seorang siswi yang sedang memerhatikanku dari jauh, tapi masih dalam sekamar. Sepertinya mereka tidak suka padaku. Aku pun bertanya pada Rose tentang perempuan itu. “ Rose, siapa ya? perempuan yang duduk dipan pojok itu?”  “ O…itu namanya Needy yang pakai baju ungu namanya Sophie teman sejatinya Needy “ terang Rose kepadaku. “eh Abbey aku tunjukin nih, buku diaryku dan Marylin.Kami menulis suka duka, canda tawa, pengalaman kami masing-masing disini”. Kulihat sebuah buku berwarna hijau dengan gambar cover 2 ekor beruang lucu yang sedang rangkulan. Aku melirik ke arah  Needy dan Sophie perasaanku mengatakan bahwa mereka menguping pembicaraan kami, ah.. tapi jangan suudzon dulu. “ hey! apa sih yang kamu pikirin?” Tanya Rose mengagetkan aku “ oh,eh kamu ngerasa gak kalau kita diperhatikan Needy dan Sophie?” tanyaku pelan “ enggak tuh, emang kamu ngerasa ya?” tanyanya kembali “ ya aku ngerasa Rose,” bantahku “ halah… gak usah dipikir, oke?” katanya sambil merangkul pundakku “oke” jawabku dengan membalas rangkulannya.
          


Di sisi lain…..
       “ Aku enggak suka sama mereka…” kata Needy kepada Sophie “ya. Aku juga tidak suka sama mereka. Bagaimana kalau kita buat persahabatan mereka retak ?” usul Sophie “ great. Tumben otakmu encer..” puji Needy “ iya dong Sophie gitu lho!..” kata Sophie bangga. “ Eh Sop tapi caranya bagaimana?” tanya Needy “tenang, kamu lihat buku diary Rose?”  “ ya aku lihat” jawab Needy, “nah kita jadikan itu sebagai medianya..” terang Sophie. “ ya kamu hebat untung aku punya sahabat kayak kamu.
         “ Abbey kamu lihat diaryku gak?” tanya Rose sambil mengacak-acak bukunya, “enggak tuh, coba kamu lihat lagi di rak bukumu , pasti ada” kataku menghibur. “ enggak ada bey, aku takut kalau hilang nanti di marahin adik sama mama” katanya khawatir “ aku bantuin nyari ya?” aku berusaha menghiburnya. Akhirnya aku dan Rose mencari buku diary itu. Tiba-tiba saja ,       ” Abbey ini apa?” tanya Rose. Aku kaget buku diary Rose ada di lemari bukuku dengan secarik kertas yang berisi :
   Rose, buku diarymu ada di samping kertas ini. Aku sengaja mencurinya darimu. Ha, ha, ha….
                                                                                                                                     Abigail
            “ Abbey , ternyata kamu ada maksud ya selama ini?” tanya Rose sambil menangis, “Rose aku tidak ada maksud apa pun. Dan aku juga tidak nulis di kertas itu, beneran deh!” kataku membela diri, “ tidak. Padahal aku percaya sama kamu, aku anggap kamu seperti saudaraku sendiri. Kamu bukan sahabat sejatiku! Abbey!” katanya terisak. “ Rose, benar aku tidak  ada maksud, benar Rose!!” aku pun membela diri “ halah kamu bohong!”. “ Rose terserah kamu mau bilang apa. tapi ingat kebenaran pasti nanti akan datang!” kataku serius. Aku pun pergi keluar dari kamar.
       Sejak saat itu aku, Marylin, Rose tidak lagi dekat seperti dulu. Aku pun jadi tidak punya teman. Aku sebenarnya ingin untuk minta maaf padanya tapi aku juga tidak mencurinya. Hari ini, aku hanya duduk-duduk di dekat pohon beringin, aku menguping pembicaraan Needy dan Sophie. “ Ha,ha,ha… kita berhasil Sophie hubungan mereka sekarang tidak kayak dulu lagi.” Sepertinya itu suara Needy. “ Ooo.. jadi mereka yang fitnah aku ngambil buku diarynya Rose” kataku tapi pelan, aku segera merekam pembicaraan mereka dengan hpku, setelah itu aku langsung melabrak mereka “ jadi. Selama ini kalian pelaku dari semua ini? emang enak dijauhin sama sahabat ? sebenarnya mau kalian apa?!” bentakku “ hey! Kamu ini, datang langsung ngomel! “ bentak Sophie “ ya, datang langsung melabrak. Emang iya kami yang melakukan itu. Ha, ha,ha…” ejek Needy. “ Lihat saja!, kalian pasti akan menyesal dengan perbuatan kalian itu!” kataku sambil meninggalkan Needy dan Sophie.
          Akhirnya, terungkap juga pelakunya. Aku sudah dapat buktinya berupa rekaman percakapan antara Needy dan Sophie. Aku akan segera minta maaf pada Rose dan Marylin dan membuktikan kalau aku tidak bersalah. Kulihat Rose sedang duduk di dipannya, sambil membaca buku. “ Rose, aku minta maaf, aku sama sekali tidak bersalah. Aku punya buktinya” aku pun langsung menyetel rekaman itu, kami pun mendengarkannya dengan seksama, “ Abbey, aku minta maaf ya ,sama kamu. Aku benar-benar menyesal” pinta Rose “ ya aku maafin, tapi aku minta kamu jangan asal tuduh dulu, ya” kataku lembut “ ya pastinya. Dan aku akan katakan  pada Marylin kalau kamu tidak bersalah sama sekali. Aku pun membalasnya dengan senyuman kecil.

       Persahabatan kami hari demi hari menjadi semakin kuat. Kami telah berjanji untuk tidak asal tuduh satu sama lain, harus dibuktikan terlebih dahulu. Saat kami bertiga sedang duduk-duduk di dekat pohon beringin Needy dan Sophie menghampiri kami. Mereka mau apa ya?,pikirku dalam hati. “ Mau apa kamu, kesini? Sudah puas membuat persahabatan kami runtuh?” kataku ketus     “ tidak. Jangan salah sagka dulu kami kesini justru mau minta maaf sama kalian. Mau kan, kalian maafin kami?” pinta Needy mewakili “ ya, kami maafkan tapi aku mohon sama kalian jangan seperti itu lagi, ya?” kata Marylin “ ya kami janji kami tidak akan seperti itu lagi!” kata Sophie.  “ kami bolehkan gabung jadi sahabat kalian?” tanya Needy “ tentu saja. Mengapa tidak? Kita berlima mulai sekarang sahabat sejati! Oke?” tambahku. “ ya kita sahabat selamanya!” kata kami serempak. Indahnya persahabatan ini.        
                    Post by T -Rax