Kamis, Oktober 22, 2015

Antologi Cerpen : Hilangnya Uang Kas



Hilangya Uang Kas
Oleh:Desvandiari Nauvaldo Anasta
“Teng.. teng.. teng….”Bel sekolah telah memanggil siswa-siswinya untuk segera memasuki kelas. Wajah-wajah ceria dari mereka menghiasi sekolah ini. Tak satupun terlihat dari mereka yang menyendiri, semuanya berkumpul menceritakan pengalaman selama lIburan semester. Hampir dari mereka semua mengenakan perlengkapan sekolah yang serba baru, begitu juga aku. Tina melangkah ke kelas Tina yang baru, yaitu kelas XII D. Tahun ajaran baru,semangat baru, tapi apakah wali kelas tahun ini baru? Kuharap tidak.
             “Assalamu”alaikum, anak-anak!”sapa seorang guru yang mengenakan jilbab itu. Tak asing bagi Tina, namanya Ibu Ami. Wali kelas Tina selama 2 tahun terakhir.
“Wa”alaikumsalam, Bu!”jawab Tina serentak.
“Wah, kalian tampak semangat hari ini!”kata Ibu Ami.
“Iya dong Bu, ini kan tahun ajaran baru, ya harus semangat baru!”Kata Adji semangat.
“Iya, bagus kalau begitu, tampaknya semua yang kalian kenakan serba baru ya, tapi sayang,..,”kata Bu Ami. Belum selesai Ibu Ami berbicara sudah disambar Adji.
“Sayang, kenapa Bu?”tanya Adji penasaran.
“Yaa sayang.. semuanya serba baru, cuma wali kelas kalian yang tidak baru,”Kata Ibu Ami senyum. Seakan sudah mengetahui maksud Ibu Ami,
 Tina spontan berteriak,“horreee…,”serentak Tina berteriak kegirangan. Akhirnya yang ku harapkan dapat terwujudkan.
“kalian ini, ya sudah sebagai gantinya Ibu ada teman baru untuk kalian, Silahkan masuk nak!”kata Ibu Ami.
                Seseorang cewek cantik berambut panjang memasuki ruang kelas. Semua mata tertuju padanya. Pipinya agak merah saat memperkenalkan diri. Mungkin dia nervous saat itu. Akhirnya Tina semua tahu siapa namanya, namanya Evrina.Evrina berjalan menuju kursinya dengan ditemani siulan dari Adji dkk.hingga tiba ia di kursi pojok kanan depan. Tina menyamButnya dengan baik.Hari pertama, Tina memutuskan untuk memilih organisasi kelas. Setelah calon-calon terpilih, Tina mulai memvouting. Hingga terpilihlah Adji sebagai ketua kelas dan aku sebagai bendahara kelas. Mau tidak mau aku harus mau.Semuanya berjalan dengan lancar. Sudah setengah semester semuanya melakukan tugas dengan baik. Hingga tiba suatu hari, dimana akulah yang melakukan suatu kecerobohan.
“Astaghfirullah, dimana ya, udah cari dimana-mana tapi nggak ada, aduh…,”kataku gelisah sambil mengobrak-abrik isi kamarku.
Tiba-tiba sobatku masuk.“Hai de… Astaghfirullah ini kamar apa kamar?”kata Ika terkejut sambil geleng-geleng kepala.
“Ka lihat nggak, aduh dimana ya…?”kataku masih sIbuk mencari.
“Hei, lihat apa? Coba ngomong betul-betul, lagi cari apaan sih?”kata Ika penasaran.
“Itu tuh amplop lihat nggak?”kataku masih sIbuk mencari.
“Hey, coba berenti dulu nyarinya, yaa aku tahu amplop..,”kata Ika. “Alhamdulillah ternyata dengan kamu rupanya, mana sini!”kataku.
“Astaghfirullah ni anak, tuh banyak di kantor pos,”kata Ika.
“Ikaaaaa… serius dong!”kataku kesal.
“Kamu juga, sebenarnya apaan sih yang hilang, amplop? Amplop apaan?”tanya Ika heran.
“Uang kas kita hilang…,”kataku lirih.
“Apa? Kenapa bisa?”kata Ika semakin terkejut.
“Entahlah ku nggak tau, mungkin dia nggak betah kali tinggal ma aku,”kataku malas.
“Ok ok, nanti aku bantu cariin deh, udah senyum dong,”kata Ika menghIbur.“Mana bisa…!”kataku.
“Udah tenang aja, urusan beginian sih detektif Ika bisa mecahin,….. mecahin kaca hehehe,”kata Ika percaya diri.
“Kamu ini ka, ka.. ya udah jadi gimana?”tanyaku.
“Ok , begini..,”kata Ika memulai. Tina berdiskusi mengenai hilangnya uang kas. Sorenya Tina berencana untuk membahas masalah itu bersama tiga sobat Tina, Adji, Kevin dan Yuuki.Ditempat biasa Tina ngumpul, Tina memulai membahas hilangnya uang kas. Aku mulai menceritakan kejadian saat-saat terakhir ku bersama uang kas.
“kamu kira apaan tuh uang kas.. ? Giring Nidji kali, haha ..,”kata Yuuki.
“Hehe, udah ah, biarin , mau dengar apa nggak?”kataku.
“Ok, lanjut!”jawabnya kembali serius.
“Terakhir, aku lihat 2 hari kemarin masih ada, pagi-pagi aku nyempatin Buat ngitung uang kas, habis itu…. Oh iya ya, aku lupa, habis itu aku masukin ke dalam lemari atau kubawa ya?”Kataku bingung.
“Nah, itu masalahnya… pasti kamu bawa kesekolah,”kata Adji.“Ckckck, Ade, ade, kan ud pernah kubilang jangan berani-berani bawa uang kas ke sekolah, jadi begini kan?”kata Ika.
“Iya aku tahu, maaf-maaf, itulah aku juga lupa aku bawa atau nggak,”kataku.
“Buktinya, kamu udah nyari dirumahmu kemana-mana nggak ada kan?”kata Ika.
“Iya..,”kataku lemah.

“Yaa, berarti benar kata Adji kamu pasti membawanya,”kata Yuuki.
“Nggak sengaja kali, mungkin terbawa ya?”sambung kevin.
“Bisa jadi..,”kataku.“Oh ya duit yang hilang ada berapa?”tanya Adji.
“1.960.000, bayangkan, mau ganti pake apa coba?..”kataku.
“Kemarin di sekolah nggak ada tanda-tandanya tuh uang kas hilang,
“kata yuuki.
“Siapa bilang?? Menurutku ada, dan aku yakin dialah pelakunya,”sambar Ika.
“Siapa ka?”tanyaku penasaran.“Cewek baru tuh ki.. yang kemarin berjaya udah mentraktir para kaum adam, nggak tanggung-tanggung 3 mangkuk satu orang. Kalian sih nggak bakal nyurigain dia, masa”udah di traktir Bukirnya aneh-aneh, iya kan? Ngaku aja?”kata Ika.
“Jangan nambah-nambah gitu dong, cuma 1 mangkuk doang,”kata kevin.
“Cewek? maunya sih gitu, tapi dianya nggak respon, ya udah deh hmm, iya sih, aku juga heran, dapat duit dari mana dia tapi biarin ajalah, yang penting makan gratis..hehe,”kata yuuki.
“Ih kalau aku sih nolak Adjisi makanan dari hasil uang haram, untung aja kemarin aku nggak ikut ngegame kalian”kata Adji.
“Itunya kamunya aja yang nggak sempat ngegame bersama kita-kita, gara-gara kamu dipanggil Ibu, ngaku aja deh, sebenarnya kamu pengen kan kemarin ditraktir sama dia?”timpal Yuuki.
“Ah, aku kan ngggak bilang gitu,sok tau kamu!”balas Adji.
“Jadi, apa benar yang kamu katakan ka?”kataku.
“Yaa, itu sih cuma dugaanku, berdasarkan Bukti kemarin, aku yakin dialah pelakunya”kata Ika mantap.
“Jangan su’uzan dulu ka,”kata kevin.“Atau jangan-jangan ika cemburu ya?”tambah yuuki.
“Ih apaan sih, aku kan ngomong berdasarkan fakta, terserah deh mau percaya apa nggak,”kata Ika kesal.
“Sudah-sudah, yang penting besok kita konsultasikan bersama Ibu Ami,”kata Adji.
“Iya aku setuju,”kataku. Mereka juga membuktikan. Hari sudah hampir malam,Tina pulang kerumah masing-masing sebelumnya Tina berdoa bersama agar besok berjalan dengan lancar.Keesokkan harinya, tepat pada jam pelajaran terakhir, Ibu Ami masuk kedalam kelas. Dengan muka yang tidak seperti biasanya ia melangkah menuju meja guru dan meletakkan tas serta Buku-Bukunya keatas meja. Tanpa duduk ia mengucap salam dan memulai berbicara.
“Ibu ada 2 kabar untuk kalian, kabar baik dan kabar Buruk. Kalian mau yang mana?”tanya Ibu Ami.

“Pastinya kabar baik Bu,”kata mereka yang belum mengetahui yang sebenarnya.
“Baiklah, kabar baiknya, ternyata anak-anak Ibu rajin ya bayar uang kas, baru setengah semester udah hampir dua juta, ya Ade??”kata Ibu Ami memandangku. Aku hanya dapat mengangguk dan hampir ingin menangis karna malu.
“Waw, siapa dulu Bu,”kata mereka, hampir membuatku menitikkan air mata.“Ibu, kabar Buruknya apa?”tanya salah satu temanku yang penasaran.
“Sebelumnya janji dulu ya, setelah Ibu mengatakan kepada kalian, kalian jangan ribut dan jangan saling tuduh menuduh,”kata Ibu Ami, mereka mengiyakan dan suasana kini menjadi tegang. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Aku hanya harus bersiap-siap menahan malu dari ejekan teman-temanku nanti.
“oh iya, Ibu mau tanya dulu dengan kalian, jujur ya, apakah kalian melihat amplop yang terjatuh dikelas ini dua hari yang lalu?”tanya Ibu.Kulihat satu persatu temanku, semuanya heran dan menggelengkan kepala. Saat tatapan ku tertuju pada  cewek yang duduk di pojok kanan depan itu. Aku berpikir apakah benar dia yang mencurinya? Dan kulihat lagi dia, tingkahnya aneh, seakan-akan dia tidak berani melihatku. Dia hanya bisa menunduk seakan ada ketakutan yang menghampirinya.
“Amplop itu berisi uang kas kalian, sudah dua hari hilang. Ibu mau kalian jujur, siapa yang tahu dimana uang kas itu?”kata Ibu Ami melanjutkan.
“Apa??”mereka terkejut dan menatap aku. Aku menunduk malu.
“Ibu hanya ingin kalian jujur, Ibu tidak ingin ada anak-anak Ibu yang berbohong apalagi mencuri, Ibu harap pelakunya Bukan dari kelas ini,”kata Ibu.

Kutatap lagi dia, keringatnya bercucuran. Seketika itu dia berdiri dan meBunta izin ke toilet. Tina semua tidak mengizinkan sebelum mengetahui siapa pelakunya. Tetapi dia tetap ingin keluar. Saat itu semuanya menyadari bahwa tingkahnya aneh.
“Ada apa Evrina? Kamu sakit?”tanya Ibu Ami.
“Oh hmmm ti..tidak Ibu, saya baik-baik saja,”jawab evrina terbata-bata.
“Lalu ada apa denganmu, kamu terlihat seperti ketakutan?”tanya Ibu Ami lagi.
“Hmmmm, tidak ada apa-apa Ibu, saya hanya ingin ke toilet,”jawab Evrina.
“Ok baiklah Ibu mengizinkan kamu ke toilet, tapi segera kembali kesini,”kata Ibu Ami.
“Iya Ibu, terimakasih,”kata Evrina. Saat ia hendak melangkahkan kakinya keluar kelas tiba-tiba…
“Eittss, tunggu dulu… detektif Ika disini,”kata Ika memberhentikan langkah Evrina.
“Aaa…ada apa Ika?”tanya Evrina.
“Walaupun Ibu udah ngijinin kamu, tapi Tina tidak,”kata Ika.
“Apa-apaan sih, aku cuma mau ke toilet doang, mau ikut?”kata Evrina kesal.
“Oh tidak terimakasih, oh iya Ibu tampaknya aku eh saya sudah menemukan pelakunya,”kata Ika dengan mantap lalu menyerahkan selembar kertas yang berisi bukti-bukti yang memberatkan Evrina. Ternyata diam-diam dari tadi Ika sibuk mencari bukti-bukti pelakunya yang semuanya menyangkut Evrina dan dituliskannya dengan rapi disecarik kertas.
“Ini apa Ika?”tanya Ibu Ami.
“oh ini hasil penyelidikkan saya Ibu, silahkan Ibu baca, atau begini saja biar saya sendiri saja yang baca,”kata Ika lalu mengambil kertas itu setelah Ibu mengiyakan,
“ehm, ehm, ehm..,”kata Ika mengatur suara. Tiba-tiba Evrina dengan cepat keluar kelas, malangnya Ia tersandung. Akhirnya Adji dkk. cepat-cepat menyergapnya.
“Apa-apaan sih aku tuh udah nggak tahan,”kata Evrina marah.
“Ya udah disini aja, nggak apa-apa,”kata yuuki.“Jangan banyak alasan deh…”sambung kevin.
“Udah-udah, mau dengar apa nggak ni?”tanya Ika.
“Mauu..”serentak teman-temanku menjawab.
              Ika mulai membacakan isi kertas tersebut. Ternyata banyak Bukti-Bukti yang memberatkan Evrina. Selain mentraktir teman-temannya disekolah, dia juga memberi hadiah kepada Ibu kantin dan dua hari yang lalu, selesai olahraga, semuanya pada nongkrong di kantin, kecuali Evrina. Saat itu dia kembali ke kelas dan saat salah satu temanku ingin kembali kekelas dengan maksud mengambil uang jajan nya, Ia melihat gerak-gerik Evrina yang mencurigakan. Padahal jelas-jelas tempat duduk Evrina sebelah pojok kanan, tapi mengapa dia berada di pojok kiri belakang dimana tempat duduk ku berada. Dan masih banyak lagi Bukti-Buktinya, bahkan Bukan masalah hilangnya uang kas saja yang dibahas, melainkan kejadian diluar sekolah yang menyangkut Evrina.Setelah Ika selesai membacakan semuanya, kulihat Evrina menangis, dan dia masih bersikeras untuk tidak mengakui kesalahannya. Hingga Tina mencemoohnya, Ibu Ami menenangkan Tina, lalu menatap tajam ke arah Evrina. Semuanya terdiam, karena takut, Evrina pun memulai mengeluarkan suaranya.
“Sumpah demi Allah aku tidak melakukannya, semua itu tidak benar,”kata Evrina spontan.
“Kamu yakin Evrina? Kamu telah bersumpah, ini Bukan main-main!”kata Ibu Ami menaikkan nada suaranya.
“I..i..ya Ibu, kalian semua telah menuduh aku, aku siap untuk mengganti Uang kas itu, tapi asalkan kalian tahu, Bukan aku pelakunya…,”kata Evrina mengejutkan Tina semua. Ia benar-benar bersikeras untuk tidak mengakui kesalahannya. Sungguh tidak masuk akal, padahal Tina semua tahu, ekonomi keluarganya pas-pasan. Evrina, evrina… Mereka mengejeknya dengan sebutan si miskin. Akhirnya bel sekolah berbunyi, menandakan selesainya waktu pelajaran. Dua jam pelajaran benar-benar habis untuk masalah hilangnya Uang Kas tersebut.Semenjak saat Itu, Tina tidak melihat batang hidung Evrina lagi, Tina bertanya-tanya. Tapi tidak ada yang tahu keadaannya. Hingga suatu hari Ibu Ami berbicara kepada Tina, bahwa Evrina tidak lagi melanjutkan sekolah. Sebenarnya Ibu Ami tidak mengizinkan, karena sebentar lagi akan menghadapi UAN. Tapi apalah daya, itu semua kemauan orangtua Evrina sendiri, mungkin ada faktor lain yang membuat mereka memberhentikan anaknya. Dan masalah uang kas itu, Evrina akan menyicilnya kepada Ibu Ami.Sekarang bangku di pojok kanan depan itu kosong, walaupun begitu Tina pun merasa lega, karena tanpa Evrina, kelas Tina kembali seperti semula. Tina merasa aman tanpa Evrina. Aku sendiri tidak pernah menyangka mempunyai teman seperti itu. Aku berjanji tidak akan ceroboh menyimpan uang kas lagi dan aku akan menjaganya dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar