Hilangya Uang Kas
Oleh:Desvandiari Nauvaldo Anasta
“Teng.. teng.. teng….”Bel sekolah telah memanggil siswa-siswinya
untuk segera memasuki kelas. Wajah-wajah ceria dari mereka menghiasi sekolah
ini. Tak satupun terlihat dari mereka yang menyendiri, semuanya berkumpul
menceritakan pengalaman selama lIburan semester. Hampir dari mereka semua
mengenakan perlengkapan sekolah yang serba baru, begitu juga aku. Tina
melangkah ke kelas Tina yang baru, yaitu kelas XII D. Tahun ajaran
baru,semangat baru, tapi apakah wali kelas tahun ini baru? Kuharap tidak.
“Assalamu”alaikum, anak-anak!”sapa seorang guru yang mengenakan jilbab itu. Tak
asing bagi Tina, namanya Ibu Ami. Wali kelas Tina selama 2 tahun terakhir.
“Wa”alaikumsalam, Bu!”jawab Tina serentak.
“Wah, kalian tampak semangat hari ini!”kata Ibu Ami.
“Iya dong Bu, ini kan tahun ajaran baru, ya harus semangat baru!”Kata
Adji semangat.
“Iya, bagus kalau begitu, tampaknya semua yang kalian kenakan serba
baru ya, tapi sayang,..,”kata Bu Ami. Belum selesai Ibu Ami berbicara sudah disambar
Adji.
“Sayang, kenapa Bu?”tanya Adji penasaran.
“Yaa sayang.. semuanya serba baru, cuma wali kelas kalian yang
tidak baru,”Kata Ibu Ami senyum. Seakan sudah mengetahui maksud Ibu Ami,
Tina spontan berteriak,“horreee…,”serentak
Tina berteriak kegirangan. Akhirnya yang ku harapkan dapat terwujudkan.
“kalian ini, ya sudah sebagai gantinya Ibu ada teman baru untuk
kalian, Silahkan masuk nak!”kata Ibu Ami.
Seseorang cewek cantik berambut panjang memasuki ruang kelas. Semua mata
tertuju padanya. Pipinya agak merah saat memperkenalkan diri. Mungkin dia nervous
saat itu. Akhirnya Tina semua tahu siapa namanya, namanya Evrina.Evrina
berjalan menuju kursinya dengan ditemani siulan dari Adji dkk.hingga tiba ia di
kursi pojok kanan depan. Tina menyamButnya dengan baik.Hari pertama, Tina
memutuskan untuk memilih organisasi kelas. Setelah calon-calon terpilih, Tina
mulai memvouting. Hingga terpilihlah Adji sebagai ketua kelas dan aku
sebagai bendahara kelas. Mau tidak mau aku harus mau.Semuanya berjalan dengan
lancar. Sudah setengah semester semuanya melakukan tugas dengan baik. Hingga
tiba suatu hari, dimana akulah yang melakukan suatu kecerobohan.
“Astaghfirullah, dimana ya, udah cari dimana-mana tapi nggak ada,
aduh…,”kataku gelisah sambil mengobrak-abrik isi kamarku.
Tiba-tiba sobatku masuk.“Hai de… Astaghfirullah ini kamar apa kamar?”kata
Ika terkejut sambil geleng-geleng kepala.
“Ka lihat nggak, aduh dimana ya…?”kataku masih sIbuk mencari.
“Hei, lihat apa? Coba ngomong betul-betul, lagi cari apaan sih?”kata
Ika penasaran.
“Itu tuh amplop lihat nggak?”kataku masih sIbuk mencari.
“Hey, coba berenti dulu nyarinya, yaa aku tahu amplop..,”kata Ika.
“Alhamdulillah ternyata dengan kamu rupanya, mana sini!”kataku.
“Astaghfirullah ni anak, tuh banyak di kantor pos,”kata Ika.
“Ikaaaaa… serius dong!”kataku kesal.
“Kamu juga, sebenarnya apaan sih yang hilang, amplop? Amplop apaan?”tanya
Ika heran.
“Uang kas kita hilang…,”kataku lirih.
“Apa? Kenapa bisa?”kata Ika semakin terkejut.
“Entahlah ku nggak tau, mungkin dia nggak betah kali tinggal ma aku,”kataku
malas.
“Ok ok, nanti aku bantu cariin deh, udah senyum dong,”kata Ika
menghIbur.“Mana bisa…!”kataku.
“Udah tenang aja, urusan beginian sih detektif Ika bisa mecahin,…..
mecahin kaca hehehe,”kata Ika percaya diri.
“Kamu ini ka, ka.. ya udah jadi gimana?”tanyaku.
“Ok , begini..,”kata Ika memulai. Tina berdiskusi mengenai
hilangnya uang kas. Sorenya Tina berencana untuk membahas masalah itu bersama
tiga sobat Tina, Adji, Kevin dan Yuuki.Ditempat biasa Tina ngumpul, Tina
memulai membahas hilangnya uang kas. Aku mulai menceritakan kejadian saat-saat
terakhir ku bersama uang kas.
“kamu kira apaan tuh uang kas.. ? Giring Nidji kali, haha ..,”kata
Yuuki.
“Hehe, udah ah, biarin , mau dengar apa nggak?”kataku.
“Ok, lanjut!”jawabnya kembali serius.
“Terakhir, aku lihat 2 hari kemarin masih ada, pagi-pagi aku
nyempatin Buat ngitung uang kas, habis itu…. Oh iya ya, aku lupa, habis itu aku
masukin ke dalam lemari atau kubawa ya?”Kataku bingung.
“Nah, itu masalahnya… pasti kamu bawa kesekolah,”kata Adji.“Ckckck,
Ade, ade, kan ud pernah kubilang jangan berani-berani bawa uang kas ke sekolah,
jadi begini kan?”kata Ika.
“Iya aku tahu, maaf-maaf, itulah aku juga lupa aku bawa atau nggak,”kataku.
“Buktinya, kamu udah nyari dirumahmu kemana-mana nggak ada kan?”kata
Ika.
“Iya..,”kataku lemah.
“Yaa, berarti benar kata Adji kamu pasti membawanya,”kata Yuuki.
“Nggak sengaja kali, mungkin terbawa ya?”sambung kevin.
“Bisa jadi..,”kataku.“Oh ya duit yang hilang ada berapa?”tanya Adji.
“1.960.000, bayangkan, mau ganti pake apa coba?..”kataku.
“Kemarin di sekolah nggak ada tanda-tandanya tuh uang kas hilang,
“kata yuuki.
“Siapa bilang?? Menurutku ada, dan aku yakin dialah pelakunya,”sambar
Ika.
“Siapa ka?”tanyaku penasaran.“Cewek baru tuh ki.. yang kemarin
berjaya udah mentraktir para kaum adam, nggak tanggung-tanggung 3 mangkuk satu
orang. Kalian sih nggak bakal nyurigain dia, masa”udah di traktir Bukirnya
aneh-aneh, iya kan? Ngaku aja?”kata Ika.
“Jangan nambah-nambah gitu dong, cuma 1 mangkuk doang,”kata kevin.
“Cewek? maunya sih gitu, tapi dianya nggak respon, ya udah deh hmm,
iya sih, aku juga heran, dapat duit dari mana dia tapi biarin ajalah, yang
penting makan gratis..hehe,”kata yuuki.
“Ih kalau aku sih nolak Adjisi makanan dari hasil uang haram,
untung aja kemarin aku nggak ikut ngegame kalian”kata Adji.
“Itunya kamunya aja yang nggak sempat ngegame bersama
kita-kita, gara-gara kamu dipanggil Ibu, ngaku aja deh, sebenarnya kamu pengen
kan kemarin ditraktir sama dia?”timpal Yuuki.
“Ah, aku kan ngggak bilang gitu,sok tau kamu!”balas Adji.
“Jadi, apa benar yang kamu katakan ka?”kataku.
“Yaa, itu sih cuma dugaanku, berdasarkan Bukti kemarin, aku yakin
dialah pelakunya”kata Ika mantap.
“Jangan su’uzan dulu ka,”kata kevin.“Atau jangan-jangan ika cemburu
ya?”tambah yuuki.
“Ih apaan sih, aku kan ngomong berdasarkan fakta, terserah deh mau
percaya apa nggak,”kata Ika kesal.
“Sudah-sudah, yang penting besok kita konsultasikan bersama Ibu Ami,”kata
Adji.
“Iya aku setuju,”kataku. Mereka juga membuktikan. Hari sudah hampir
malam,Tina pulang kerumah masing-masing sebelumnya Tina berdoa bersama agar
besok berjalan dengan lancar.Keesokkan harinya, tepat pada jam pelajaran
terakhir, Ibu Ami masuk kedalam kelas. Dengan muka yang tidak seperti biasanya
ia melangkah menuju meja guru dan meletakkan tas serta Buku-Bukunya keatas
meja. Tanpa duduk ia mengucap salam dan memulai berbicara.
“Ibu ada 2 kabar untuk kalian, kabar baik dan kabar Buruk. Kalian
mau yang mana?”tanya Ibu Ami.
“Pastinya kabar baik Bu,”kata mereka yang belum mengetahui yang
sebenarnya.
“Baiklah, kabar baiknya, ternyata anak-anak Ibu rajin ya bayar uang
kas, baru setengah semester udah hampir dua juta, ya Ade??”kata Ibu Ami
memandangku. Aku hanya dapat mengangguk dan hampir ingin menangis karna malu.
“Waw, siapa dulu Bu,”kata mereka, hampir membuatku menitikkan air
mata.“Ibu, kabar Buruknya apa?”tanya salah satu temanku yang penasaran.
“Sebelumnya janji dulu ya, setelah Ibu mengatakan kepada kalian,
kalian jangan ribut dan jangan saling tuduh menuduh,”kata Ibu Ami, mereka
mengiyakan dan suasana kini menjadi tegang. Aku tidak tahu harus berbuat apa
saat itu. Aku hanya harus bersiap-siap menahan malu dari ejekan teman-temanku
nanti.
“oh iya, Ibu mau tanya dulu dengan kalian, jujur ya, apakah kalian
melihat amplop yang terjatuh dikelas ini dua hari yang lalu?”tanya Ibu.Kulihat
satu persatu temanku, semuanya heran dan menggelengkan kepala. Saat tatapan ku
tertuju pada cewek yang duduk di pojok kanan depan itu. Aku berpikir
apakah benar dia yang mencurinya? Dan kulihat lagi dia, tingkahnya aneh,
seakan-akan dia tidak berani melihatku. Dia hanya bisa menunduk seakan ada
ketakutan yang menghampirinya.
“Amplop itu berisi uang kas kalian, sudah dua hari hilang. Ibu mau
kalian jujur, siapa yang tahu dimana uang kas itu?”kata Ibu Ami melanjutkan.
“Apa??”mereka terkejut dan menatap aku. Aku menunduk malu.
“Ibu hanya ingin kalian jujur, Ibu tidak ingin ada anak-anak Ibu
yang berbohong apalagi mencuri, Ibu harap pelakunya Bukan dari kelas ini,”kata Ibu.
Kutatap lagi dia, keringatnya bercucuran. Seketika itu dia berdiri
dan meBunta izin ke toilet. Tina semua tidak mengizinkan sebelum mengetahui
siapa pelakunya. Tetapi dia tetap ingin keluar. Saat itu semuanya menyadari
bahwa tingkahnya aneh.
“Ada apa Evrina? Kamu sakit?”tanya Ibu Ami.
“Oh hmmm ti..tidak Ibu, saya baik-baik saja,”jawab evrina
terbata-bata.
“Lalu ada apa denganmu, kamu terlihat seperti ketakutan?”tanya Ibu Ami
lagi.
“Hmmmm, tidak ada apa-apa Ibu, saya hanya ingin ke toilet,”jawab
Evrina.
“Ok baiklah Ibu mengizinkan kamu ke toilet, tapi segera kembali
kesini,”kata Ibu Ami.
“Iya Ibu, terimakasih,”kata Evrina. Saat ia hendak melangkahkan
kakinya keluar kelas tiba-tiba…
“Eittss, tunggu dulu… detektif Ika disini,”kata Ika memberhentikan
langkah Evrina.
“Aaa…ada apa Ika?”tanya Evrina.
“Walaupun Ibu udah ngijinin kamu, tapi Tina tidak,”kata Ika.
“Apa-apaan sih, aku cuma mau ke toilet doang, mau ikut?”kata Evrina
kesal.
“Oh tidak terimakasih, oh iya Ibu tampaknya aku eh saya sudah
menemukan pelakunya,”kata Ika dengan mantap lalu menyerahkan selembar kertas
yang berisi bukti-bukti yang memberatkan Evrina. Ternyata diam-diam dari tadi
Ika sibuk mencari bukti-bukti pelakunya yang semuanya menyangkut Evrina dan
dituliskannya dengan rapi disecarik kertas.
“Ini apa Ika?”tanya Ibu Ami.
“oh ini hasil penyelidikkan saya Ibu, silahkan Ibu baca, atau
begini saja biar saya sendiri saja yang baca,”kata Ika lalu mengambil kertas
itu setelah Ibu mengiyakan,
“ehm, ehm, ehm..,”kata Ika mengatur suara. Tiba-tiba Evrina dengan
cepat keluar kelas, malangnya Ia tersandung. Akhirnya Adji dkk. cepat-cepat
menyergapnya.
“Apa-apaan sih aku tuh udah nggak tahan,”kata Evrina marah.
“Ya udah disini aja, nggak apa-apa,”kata yuuki.“Jangan banyak
alasan deh…”sambung kevin.
“Udah-udah, mau dengar apa nggak ni?”tanya Ika.
“Mauu..”serentak teman-temanku menjawab.
Ika mulai membacakan isi kertas tersebut. Ternyata banyak Bukti-Bukti yang
memberatkan Evrina. Selain mentraktir teman-temannya disekolah, dia juga
memberi hadiah kepada Ibu kantin dan dua hari yang lalu, selesai olahraga,
semuanya pada nongkrong di kantin, kecuali Evrina. Saat itu dia kembali ke
kelas dan saat salah satu temanku ingin kembali kekelas dengan maksud mengambil
uang jajan nya, Ia melihat gerak-gerik Evrina yang mencurigakan. Padahal
jelas-jelas tempat duduk Evrina sebelah pojok kanan, tapi mengapa dia berada di
pojok kiri belakang dimana tempat duduk ku berada. Dan masih banyak lagi Bukti-Buktinya,
bahkan Bukan masalah hilangnya uang kas saja yang dibahas, melainkan kejadian
diluar sekolah yang menyangkut Evrina.Setelah Ika selesai membacakan semuanya,
kulihat Evrina menangis, dan dia masih bersikeras untuk tidak mengakui
kesalahannya. Hingga Tina mencemoohnya, Ibu Ami menenangkan Tina, lalu menatap
tajam ke arah Evrina. Semuanya terdiam, karena takut, Evrina pun memulai
mengeluarkan suaranya.
“Sumpah demi Allah aku tidak melakukannya, semua itu tidak benar,”kata
Evrina spontan.
“Kamu yakin Evrina? Kamu telah bersumpah, ini Bukan main-main!”kata
Ibu Ami menaikkan nada suaranya.
“I..i..ya Ibu, kalian semua telah menuduh aku, aku siap untuk
mengganti Uang kas itu, tapi asalkan kalian tahu, Bukan aku pelakunya…,”kata
Evrina mengejutkan Tina semua. Ia benar-benar bersikeras untuk tidak mengakui
kesalahannya. Sungguh tidak masuk akal, padahal Tina semua tahu, ekonomi
keluarganya pas-pasan. Evrina, evrina… Mereka mengejeknya dengan sebutan si
miskin. Akhirnya bel sekolah berbunyi, menandakan selesainya waktu pelajaran.
Dua jam pelajaran benar-benar habis untuk masalah hilangnya Uang Kas tersebut.Semenjak
saat Itu, Tina tidak melihat batang hidung Evrina lagi, Tina bertanya-tanya.
Tapi tidak ada yang tahu keadaannya. Hingga suatu hari Ibu Ami berbicara kepada
Tina, bahwa Evrina tidak lagi melanjutkan sekolah. Sebenarnya Ibu Ami tidak
mengizinkan, karena sebentar lagi akan menghadapi UAN. Tapi apalah daya, itu
semua kemauan orangtua Evrina sendiri, mungkin ada faktor lain yang membuat
mereka memberhentikan anaknya. Dan masalah uang kas itu, Evrina akan
menyicilnya kepada Ibu Ami.Sekarang bangku di pojok kanan depan itu kosong,
walaupun begitu Tina pun merasa lega, karena tanpa Evrina, kelas Tina kembali
seperti semula. Tina merasa aman tanpa Evrina. Aku sendiri tidak pernah
menyangka mempunyai teman seperti itu. Aku berjanji tidak akan ceroboh
menyimpan uang kas lagi dan aku akan menjaganya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar