Selasa, Februari 09, 2016

Antologi Cerpen : Persahabatan di Ujung Tes

PERSAHABATAN di UJUNG TES
Oleh: Isa Firdaus
                         Suatu hal yang ditunggu–tunggu oleh Sindy adalah tes di sekolah yang diidam-idamkan pada besok pagi. Tetapi ada yang mengganjal di hatinya teman-temannya sombong semua. Soal itu pun sampai-sampai membuat Sindy tak bisa tidur. Dia pun berjalan-jalan keluar kamar untuk mencari kesibukan dan untuk menghilangkan perasaan yang tak enak yang dipikirkannya. Terlihat Sindy dari kamar ibunya, ibunya pun terkejut karena anaknya sedang sibuk sendiri di luar kamar dan padahal Sindy akan melaksanakan tes besok pagi justru belum tidur, padahal kata kata Sindy, dia sudah merasa capek dan sangat mengantuk.
”Kenapa Nak, sampai pukul 10 malam  kok belum tidur, katamu tadi sudah capek?Ada apa, Nak?” kata ibu yang baru keluar dari kamarnya. Sindy pun terkejut dan langsung terrsenyum kepada ibunya.
”Tidak apa-apa, Bu,” kata Sindy.
“lya, tapi katamu tadi udah mengantuk?” kata ibu.
 Sindy pun terdim sejenak, “Aku hanya ingin mencari kesibukan aja, Bu,” kata Sindy sambil membuka bukunya.
“Ya udah, nanti kalau udah selesai cepat tidur ya, karna kan kamu besok akan melaksanakan tes,” ujar ibunya.
Sambil menatap ibunya dan tersenyum dia berkata, ”Ya...Bu, siiip deeecchhh,” Ibu pun membalas senyuman Sindy sambil berjalan menuju kamarnya.
_ _ _ _ _ & _ _ _ _ _
Sebelum berangkat Sindy juga belajar sambil menunggu ibunya yang masih bersiap-siap untuk mengantar Sindy
”Sarapan dulu, Nak!!” suruh ibu
 “Iyaaa Bu, bentar lagi masih seru...,” sahut Sindy yang seru membaca bukunya kakaknya.
“Ya udah, yang penting nanti sebelum berangkat udah sarapan, ya?” sahut ibunya lagi.
“Ya, Bu” jawab Sindy yang tidak ingin mengkhawatirkan ibunya.  
Sindy berangkat dengan wajah yang ceria, sangat PD, dan tidak menghiraukan soal yang dipikirkan tadi malam. Seusai memasuki gerbang sekolah itu Sindy pun bergegas untuk memasuki ruangannya untuk melakukan tes. Sebelum tes dimulai, Sindy sempat berbincang-bincang dengan teman seruangannya. Sampai-sampai dia mendapat teman yang banyak, ada yang bernama Linda, Manda, Windy, Icha, Irmas, Elok, Sasti, dan masih banyak lagi. Walaupun dia sendiri yang dari desa, dia tidak merasa minder, dia selalu percaya diri, dan justru dia disukai banyak orang, karena dia orangnya asyik banget.
Pada saat itu Sindy mendapat teman perempuan semua, karena dia itu orangnya tidak suka berteman sama laki-laki dan juga disebabkan di daerah rumahnya banyak anak laki-laki yang seumur dengannya yang anaknya usil-usil. Walaupun dia udah akarab sama teman yang sebanyak itu, tetapi masih ada yang kurang, teman yang akan duduk di sampingnya belum datang. Dia ingin tahu siapa yang akan duduk di sampingnya. Dia sampai-sampai geregatan karena teman yang ditunggu-tunggu belum nongol juga.
- - - - - # - - - - -
                        Sebentar lagi tes dimulai, teman yang akan duduk bersamanya belum sampai di ruangan itu. Sindy mengira dia akan duduk sendiri, dia pun tak peduli lagi dan dia melanjutkan belajarnya, tetapi dia tak ingin kalau dia akan duduk sendiri. Bukannya dia anak penakut tetapi dalam hatinya”Enggak seru niih .... kalau nggak ada teman sebangku,” ujarnya sambil membaca buku. Beberapa menit pun sudah berlalu, tes akan dimulai sebentar lagi sesudah bel sekolah itu berbunyi, itu tandanya peserta sudah siap untuk mengikuti tes pada hari ini.  
           Tidak lama setelah bel berbunyi, teman yang duduk di sampingnya datang pada saat tes akan dimulai. Sapanjang waktu mengerjakan Sindy dan sebangkunya tidak berbicara apapun. Tetapi waktu mengerjakan sudah habis dan akan pulang, temannya itu bertanya, “Siapa namamu?” katanya sambil tersenyum manis, “0ooh....namaku Sindy Erna Yusinta,“ jawab Sindy sambil menoleh ke teman yang ada  di sampingnya. Mereka berbincang dengan seru sampai-sampai waktu yang terbatas itu membuat mereka akrab. Dan mereka saling meminta nomor Hpnya, agar kalau tidak ketemu tetapi tetap menjalin persahabatan.
                        Seusai dia keluar dari ruangan, dia menuju ke parkiran dengan maksud mencari ibunya yang akan menjemputnya. Tetapi tiba-tiba Si Ivo menghampirinya dengan niat yang baik, untuk mengantar Sindy balik ke rumah
”Hai... lagi nunggu jemputan?” tanya Ivo yang bermaksud agr Sinndy terkejut.
“Hai ,hiiiihh Ivo buat kaget aja,” jawab Sindy yang hatinya deg-degan.
 “Ma’af, oo... ya tadi aku tanya kok nggak kamu jawab siiiihh?” ujar Ivo
 “Oh ya, ini jawabannya ya aku lagi nunggu jemputan,” jawab Sindy yang agak kesal
                       “Bareng aku aja, lagian aku juga kasihan sama kamu” tawar Ivo
“Nggak usah makasih, aku udah ngabarin ibuku, insyaallah bentar lagi dijemput,” tolaknya  yang tak ingin merepotkan teman barunya itu
“Beneran niih?” tawar Ivo sekali lagi
                       “Iiiiiiya, makasih ya atas tawarannya,” tolak Sindy sekali lagi
                       “Ya udah, kalau itu maumu,” jawab Ivo yang putus asa memaksa Sindy
                        “Hmm...tapi jangan marah, ya?” harap Sindy
                        “Nggak juga, tapi kamu juga nggak usah GR looo,” gurau Ivo
                        “Iiiiiih, emang aku GR masalah apa?” tegur Sindy kepada Ivo
“Masalah itu looh, jangan GR kalau aku nawarin kamu,” gurau Ivo lagi                 sambil tertawa terbahak-bahak
                        “Ohh, itu maksudmu?” tanya Sindy untuk menegaskan pertanyaannya
                        “Okey,” jawab Ivo dengan sangat alay
                        “Oooooh, gitu,” jawab Sindy dengan halus
“Itu mamaku udah jemput, aku duluan, ya?” tanya Ivo sambil menunjuk ke        arah mamanya
                        “Ya,” jawab Sindy
Sesudah Sindy bertemu ibunya yang akan menjemputnya, dia langsung naik ke kendaraan yang dibawa oleh ibunya. Dalam perjalanan pulang, Sindy sempat berkataa dalam hati”Ternyata teman-teman tidak seperti yang aku kira,“ dalam hatinya. Dan bercerita tentang teman sebangkunya tadi, tetapi saat Sindy akan cerita, eeeehh....justru ibunya bertanya duluan,
“Bagaimana tesnya tadi, Naaaak...???” tanya ibunya dengan hati khawatir.
“Alhamdulillah..... laancar, Buu,” jawabnya dengan wajah yang ceria untuk menenangkan hati ibunya.
“0h...ya, dapat pengalaman apa sewaktu tes?” tanya ibu
“Banyak Bu, temanku semakin banyak lalu teman sebangkuku itu orangnya sangat asyik, namanya Ivo dia sangat tomboi,” jawabnya sambil menggerak-gerakkan tangannya.
            Hampi 1 bulan Ivo tidak pernah SMS Sindy, kecuali saat pengumuman tes dulu, Sindy khawatir nanti temannya itu udah lupa sama dia”Biasanya kan dia yang SMS duluan, tapi minggu-minggu ini dia kok nggak SMS, ya. Coba kuSMS dia balas nggak ya,” ujarnya. “Ternyata dia tidak lupa denganku,” ungkapnya setelah SMSnya dibalas oleh Ivo. Semakin lama semakin akrab dan Sindy dekat dan mengenal lebih dekat dengan keluarganya Ivo, dan tahu alamat rumah teman yang hanya bertemu berapa jam saja itu. Setelah SMS sama Ivo, Sindy selalu bercerita dan bertanya kepada orang tunya,
“Yah, kota ini di mana?” tanya Sindy sambil menunjukkan alamat Ivo yang ada di tangannya kepada ayahnya.
“Ini alamatnya siapa, kok persis sama alamatnya pamanmu?” tanya ayah sambil menunjuk tulisan alamat itu.
                        “Maksud Ayah, Ivo saudara sepupuku, Yah?” Sindy tanya balik.
“Coba kamu tanya-tanya kepada Ivo tentang keluarganya!” suruh ayah kepada Sindy dan untuk memastikan permasalahan itu.
Akhirnya pun Sindy bertanya-tanya seperti orang kesasar dan Ivo membalas.
“Ternyata betul Ivo itu anak dari saudara ayah,” ujar ayah untuk membenarkan dan memastikan permasalahan tadi

Sindy  sangat terkejut karena dulu sahabatnya sendiri tetapi sekarang adalah sepupunya sendiri. Sindy sangat senang dan ingin segera mengabari Ivo kabar yang sangat mengejutkan  tetapi juga membuat senang ini. Keluarga  Ivo juga terkejut seperti keluarganya Sindy atas berita ini. Sampai-sampai Sindy terharu dan juga atas berita ini.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar