Kutemukan
Empat Mentari
di Sini
Oleh
: Anita
PLAKKK...., suara tamparan Ayah pada Ibu. Aku pun
terkejut saat baru saja membuka pintu. Tanpa mereka sadari aku mendengarkan
percakapan mereka dari balik pintu.
“Ternyata selama ini dugaan ku benar, kamu
berselingkuh di belakangku.” ujar Ibu .
“Kalau kamu tetap menuduh aku
berselingkuh.... TERSERAH !” bentak Ayah .
Aku pun lari sambil menangis menuju kamarku . BRUAAAK
...!! suara pintu yang kubanting. “Kenapa hidupku seperti ini?” renungku.
“Lupakan, lupakan, lupakan,” teriakku. Ternyata semakin aku melupakan peristiwa
tadi semakin aku ingat peristiwa tadi. Aku tak kuat lagi menahan semua ini “Sssss...
HAahhhh!!” teriakku. Kubanting koperku di atas kasur, kumasukkan semua
baju-bajuku ke dalam koper.
Diam-diam aku melewati lorong rumahku untuk menuju pintu
belakang. Sekitar pukul 17.30 aku berhasil keluar dari rumah. Aku pun menyusuri
jalan raya sambil menendangi sebuah kaleng kosong. Takkkk.... kaleng itu
terkena kepalla orang akhirnya aku pun dikejar kejar.
“Aduh...siapa yang melemparku kaleng,”
teriak orang itu sambil sejenak melihatku.
“Oooo...kamu,” ucap orang itu sedang
kesal.
“Lari...” teriakku.
Sampailah aku di
pemukuman warga. Aku bergegas mencari tempat sembunyi.
“Nah, itu,” ucapku senang.
Aku langsung menuju ke
tempat jemuran salah satu warga dan sembunyi di sana sambil jongkok. Setelah
sembunyi di sana sudah sedikit lama aku pun menghela nafas dan berdiri untuk
meneruskan perjalan ke rumah nenek.
Tiba-tiba....
“Ooo.. kamu sembunyi di sini,” ucap orang
yang mengejarku yang tiba-tiba muncul dari belakang sambil memasang wajah
marah.
Aku pun ketakutan
sambil memohon maaf terus menerus.
“Maaf pak, tadi saya cuman iseng taunya
malah kena bapak,” jelasku pada bapak itu.
“Oke saya maafkan tapi jangan kamu ulangi
lagi, ngomong-ngomong malam-malang kayak gini kamu mau kemana bawa koper besar
pula?” tanya orang itu.
“Saya kabur dari rumah pak, ini masalah
keluarga saya pak saya tidak bisa cerita sama bapak,” jelasku pada bapak itu.
“Ya sudah kamu mau kemana, saya antar,”
tawaran bapak itu padaku.
“Saya mau ke rumah nenek saya, bapak mau
antar saya ke jalan di depan saya untuk menunggu angkot,” pintaku pada bapak
itu.
“Oke ayo cepat naik.” Suruh orang itu.
Akhirnya orang itu
mengantarku ke jalan raya.
Setelah sampai di sana bapak berpamitan kepadaku untuk
segera pulang.
“Nak sampai sini aja ya bapak mau pulang,”
pamit bapak padaku.
“Iya pak, ga apa apa, makasih lho pak,”
ucapku pada bapak.
Bapak pun langsung
meninggalkanku di jalan. Aku pun termenung sendirian.
“Harus apa aku, tak ada uang untuk naik
angkutan umum,” ucapku lirih .
“Eh.... Aku kan masih punya uang simpanan,”
pikirku.
“Tapi, cukup enggak ya untuk naik angkutan umum
sampai rumah nenek?”
tanyaku dalam hati, sambil menggaruk-garuk kepala . Akhirnya aku memberanikan
diri.
Sampailah aku di rumah nenek. Aku mengetuk rumah nenekku
yang megah . Tok..tok...tok..., suara pintu yang ku ketuk.
“Nek ini aku Jer Sausan cucumu,” teriakku
sambil mengetuk pintu.
“Iya, sebentar,”suara nenekku berteriak
dari dalam.
Nenekpun membukakan
pintu rumah.
“Lho.. nak, kenapa kamu kesini
malam-malam, naik apa kamu tadi?” tanya nenek padaku. “Nek, Sausan capek, kita
cerita di dalam saja ya,” pintaku. Aku menceritakan semua peristiwa tadi sore.
Nenek pun terkejut mendengarkan ceritaku. Karena aku takut penyakit asma nenek
kambuh aku langsung mengalihkan pembicaraan.
“Nek.. sekolahkanku di tempat yang baru!” Aku
memohon.
“Mengapa ingin sekolah di tempat baru?” heran
nenek.
“Aku tidak kuat tinggal dengan ayah dan
ibu,” jawab ku .
“Baiklah,” jawab nenek.
Keesokan harinya nenek mengantarku ke sekolah baruku
yaitu “Mantric School” ini adalah sekolah tata krama di sini para siswi diajari
tentang sopan satun contohnya tata cara makan yang benar bagi perempuan, cara
berbicara, cara berjalan dan lain-lainnya. Di sekolah ini para siswi diwajibkan
tinggal di asrama.
Hari pertamaku di Mantric School diawali masuk kelas tata
krama berbicara. Di sini kami mengawalainya dengan perkenalan.
“Ayo anak anak supaya kita bisa lebih
akrap dan agar bisa kenal satu sama lain , ibu panggil satu satu maju ke depan kelas untuk memperkenal kan
diri,” ujar bu guru.
“Baiklah bu....,” jawab kami serentak.
“Dimulai dari bangku paling pojok dan dilanjutkan
oleh bangku seterusnya,”
ucap bu L.
“Perkenalkan... hehehe. Namaku Jerry Naumin
aku berasal dari Jakarta,” dengan wajahnya yang tanpa dosa. Dilanjutkan dengan
ku.
“Aku Jer sausan, asli orang Jowo,”
kukatakan dengan logat jawa kentalku.
“Saya I Caca Endy, orang Bali asli,” Caca
berkata dengan lemah lembut.
“Beta Oxaun Ibet, anak tunggal keluarga
Sumarno dari Papua,” dengan sombongnya.
“Gue, Entric Miar,” dia katakan dengan cuek.
“Emm..sebentar anak-anak, Ibu mohon logat
bicaranya dari masing-masing daerah dihilangkan, ini adala dimohon berbicara
memakai bahasa Indonesia yang baik,” ucap bu L.
Kami berlima yaitu Jerry Naumin, I Caca Endi, Oxaun Ibet,
Entric Miar, dan aku Jer Sausan. Kami dipilih menjadi satu kamar. Pagi itu hari
pertama kami di asrama. Kami bangun sangat pagi sekali.
“Hoam..,” Jerry Naumin menguap.
Jerry Naumin memasuki
kamar mandi paling awal dia mandi sangat lama. Sambil menunggu giliran mandi
kami mempunyai rutinitas masing-masing.Aku sibuk menata tempat tidur, Oxaun
Ibet membaca buku barunya, Entric Miar sedang mngutak atik alat yang diberikan
pamannya.
Setelah sekian lama.“Kira-kira Naumin ngapain ya di dalam
kamar mandi, lama amat?” tanya I Caca Endy.
“Tidur kali,” jawab Entric Miar bermaksud
bercanda.
“Bisa diem gak?” bentak Oxaun Ibet.
Sejenak terdiamlah
semuanya. Naumin pun keluar dari kamar mandi dan duduk di meja riasnya untuk memulai merapikan rambutnya yang
bergelombang itu. Kami pun bergantian untuk mandi dan setelah semua sudah siap
untuk berangkat,
kami
bergegas menuju ke dapur asrama dan segera duduk.
“Menu sarapan pagi ini apa ya?” tanya ku.
“Menunya nasi goreng dengan makanan
penutupnya puding coklat hangat serta minumannya jus jambu biji,” jawab koki
ramah.
Setelah sarapan kami bergegas menuju ke kelas. Kelas hari ini adalah kelas
tata krama berjalan. Pelajaran pertamanya adalah berjalan dengan hak tinggi
setinggi 11 cm dan diatas kepala
diberi
dua tumpuk buku yang tebalnya
3 cm.
Setelah pelajaran diakhiri mereka berlima menuju ke
asrama untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu berkebun di kebun kaca lantai
tiga asrama selatan.
“Wih... baru kali ini ni aku berkebun,
ternyata seru ya?” kagum Entric Miar
“Dari kecil aku setiap minggu berkebun
dengan kedua orang tua ku, tetapi sekarang tidak,” kataku.
“Mengapa tidak, kamu kan masih mempunyai
kedua orang tua,” jawab Jerry Naumin.
“Kedua orang tuaku sudah bercerai semenjak
aku sekolah disini...,” aku pun bercerita panjang lebar kepada mereka.
“Maaf ya, aku tidak bermaksud untuk mengingatkan
kamu kepada orang tuamu,” sesal Jerry Naumin padaku.
“Iya, ga papa kok,” jawabku sambil
tersenyum manis.
Setelah kami usai
berkebun kami segera menuju ke kamar. Tetapi sebelum kami menuju ke kamar kami
menuju ke ruang ganti terlebih dahulu. Tetapi aku tidak ikut ke ruang ganti aku
langsung menuju ke kamar.
“Temen-temen aku ke kamar dulu ya aku mau
nganbil sesuatu,” pamitku.
Ceritanya aku mau bikin
kejutan buat mereka. Karena aku besok ulang tahun aku meletakkan undangan
ultahku di atas kasur mereka. Setelah beberapa saat mereka masuk ke kamar, aku
kebingungan untuk bersembunyi
di mana.
“Aduh..!! mereka menuju ke sini. Sembunyi
di mana aku ini?”
bingungku dengan berlarian ke sana ke sini.
Akhir nya aku
bersembunyi di belakang pintu kamar mandi.CEKLEK! suara teman-teman ku membuka
pintu. Mereka masuk kamar sembari bercanda. Tak lama.
“Hmm.. apa itu?” tanya Caca.
“Sepertinya undangan ulang tahun untuk
kita berempat,” jawab Oxaun Ibet.
Setelah mereka baca, mereka mengetahui bahwa
itu undangan dariku.
To My Friend : empat sahabatku
Hi, Friends, aku memberikan undangan ini dalam
acara ulang tahunku yang ke-14 pada:
Hari :
Sabtu
Tanggal : 31 Desember 2014
Tempat dan waktu : Restoran Choiyoung, 19.00-21.00
Ku tunggu, lho kehadiran kalian.....
Salam: Jer Sausan
|
|
“Rupanya
besok Jer Sausan ulang tahun,” ucap Caca terdengar dari kamar mandi.
“Aku ingin ke kamar mandi, mengambil baju yang
ku tinggal,” sahut Naumin.
Aku mendengar ucapan
Naumin, aku bingung sekali bagimana caranya agar aku tidak ketahuan di kamar
mandi, tetapi akhirnya aku mendapatkan akal. Aku mengirim pesan pada koki
asrama agar menolongku dengan cara memanggil anak anak untuk makan siang.
Kebetulan sekali saat itu memang waktunya makan siang.
“Anak-anak waktunya makan siang,” teriaknya
sambil mengelilingi asrama.
Keempat sahabatku
langsung menuju ke dapur asrama.
“Sepertinya ada yang kurang dech, tapi apa
ya?” tanya Entric Miar.
“O iya, Jer Sausan,” teriak mereka serentak.
“ Aku disini, kalian ini baru ku tinggal sebentar aja udah kangen, gimana ku tinggal selamanya,”
sahutku dengan maksud bercanda.
“Mulai dehc GRnya, tetapi memang iya sih,
kita kan sahabat jadi kurang satu rasanya ada yang hilang,” gumam Naumin dengan
sedikit kealayannya.
Kamipun berjalan menuju
dapur asrama sambil bercanda gurau.
“Dari mana kamu dari tadi? ngomong ngomong makasih ya
undangannya,” ucap Oxaun Ibet.
“Iya.. makasih ya,” sahut ketiga
sahabatku.
“Oke, jangan lupa datang lho besok, dari
mana ya... emm..emm iya dari kamar mandi iya itu he,em he he he,” ucap ku
sambil menggaruk garuk kepala.
Keesokan harinya pukul19.00. Semua para undangan sudah
datang di acara
ulang tahunku dan akan segera dimulai.
“Aku dari tadi tidak melihat keempat
sahabatku, mereka kemana ya?” tanyaku dalam hati.
Ternyata mereka berada
ditengah-tengah para undangan.
Aku
pun segera menemui mereka. Aku sangat kagum melihat mereka sangat cantik-cantik
sekali.
“Wow.... kalian cantik-cantik sekali
menggunakan gaun-gaun itu,” kagumku pada mereka berempat.
“Iya..kan kita perempuan jadinya ya cantik, dasar
kamu ini,” jawab Naumin.
“Tapi beneran lho malam ini kalian itu
beda banget,” jelasku pada mereka.
“Tapi bener juga sih, kamu juga kok
CANNTIIKK... banget,” ucap Naumin bermaksud membuatku GR.
“Yuk..Yuk..Yuk kedepan acaranya mau
dimulai,” ajakku sambil menggandeng mereka.
Acarapun dimulai tepat
pukul19.15 dan diakhiri pukul 21.30.
Saat disekolah keesokan harinya kami mulai membincangkan
acara ulang tahuku kemarin saat di kantin.
“Acaranya kemarin seru banget walaupun
selesainya molor,” kata Caca sambil senyum senyum sendiri.
“Iya seru banget, tahun depan undang kami
lagi ya,” pinta Naumin padaku.
“Oke, bisa...bisa, tapi aku juga mau dong
kalian undang nanti saat kalian ulang tahun,” rayuku pada mereka.
“BERES.....,” jawab mereka.
Teng...teng..teng...
Suara lonceng berbunyi
dan kami pun bergegas menuju ke kelas untuk memulai pelajaran selanjutnya.
Beberapa bulan kemudian, sudah lama kami menjalani
rutinitas di sekolah. Tibalah liburan semester. Aku dan sahabat-sahabatku
mempunyai ide untuk berlibur bersama ke Paris.
“Eh.. papa aku kan punya perusahaan
penerbangan,” ucap Oxaun Ibet
“Kebetulan sekali, boleh juga itu,”jawab I
Caca Endy.
Kami pun segera
menghubungi orang tua untuk meminta izin. Dan
ternyata semua diizinkan untuk berlibur bersama, tetapi hanya aku yang tidak
diizinkan oleh nenekku karena beliau takut aku tidak ada yang mengawasi. Tetapi
setelah aku meyakinkannya lagi aku akhirnya diperbolehkan tetapi agak
berat.Akhirnya kami berangkat.
Di bandara kami segera masuk ke dalam pesawat agar tidak
ketinggalan pesawat. Setelah sampai di sana kami disambut dengan pameran busana
karya designer-designer terkenal.
“Bajunya keren-keren...,” teriak Naumin.
“Bener banget, gak sia-sia kita kesini,”
ucap I Caca Endy.
Sesudah puas melihat
pameran busana, kami langsung menuju tujuan kami selanjutnya yaitu menara
Eiffel.
“Foto-foto yuk. Buat kenang-kenangan,” ajak
Jerry Naumin.
“Yuk, yuk, yuk,” jawab Oxaun Ibet
semangat.
Tanpa kami sadari
karena terlalu asik berfoto-foto, Entric Miar tidak berada bersama kami.
“Eh dari tadi aku tidak melihat batang
hidung si cewek unik itu,” kata Naumin.
“Memang kemana dia?” tanya ku.
“Ke kamar mandi mungkin,” jawab I Caca
Endy
Setelah kami menunggu
terlalu lama kami pun sepakat untuk menyari Entric Miar. Kami akhirnya menyerah
karena si unik itu tidak diketemukan. Kami pun tidak tahu harus apa .