Senin, Januari 25, 2016

Antologi Cerpen : Kutemukan Empat Mentari di Sini

Kutemukan Empat Mentari di Sini
Oleh : Anita

            PLAKKK...., suara tamparan Ayah pada Ibu. Aku pun terkejut saat baru saja membuka pintu. Tanpa mereka sadari aku mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu.      
     “Ternyata selama ini dugaan ku benar, kamu berselingkuh di belakangku.”  ujar Ibu .
     “Kalau kamu tetap menuduh aku berselingkuh.... TERSERAH !” bentak Ayah .
            Aku pun lari sambil menangis menuju kamarku . BRUAAAK ...!! suara pintu yang kubanting. “Kenapa hidupku seperti ini?” renungku. “Lupakan, lupakan, lupakan,” teriakku. Ternyata semakin aku melupakan peristiwa tadi semakin aku ingat peristiwa tadi. Aku tak kuat lagi menahan semua ini “Sssss... HAahhhh!!” teriakku. Kubanting koperku di atas kasur, kumasukkan semua baju-bajuku ke dalam koper.
            Diam-diam aku melewati lorong rumahku untuk menuju pintu belakang. Sekitar pukul 17.30 aku berhasil keluar dari rumah. Aku pun menyusuri jalan raya sambil menendangi sebuah kaleng kosong. Takkkk.... kaleng itu terkena kepalla orang akhirnya aku pun dikejar kejar.
     “Aduh...siapa yang melemparku kaleng,” teriak orang itu sambil sejenak melihatku.
     “Oooo...kamu,” ucap orang itu sedang kesal.
     “Lari...” teriakku.
Sampailah aku di pemukuman warga. Aku bergegas mencari tempat sembunyi.
     “Nah, itu,” ucapku senang.
Aku langsung menuju ke tempat jemuran salah satu warga dan sembunyi di sana sambil jongkok. Setelah sembunyi di sana sudah sedikit lama aku pun menghela nafas dan berdiri untuk meneruskan perjalan ke rumah nenek.
Tiba-tiba....
     “Ooo.. kamu sembunyi di sini,” ucap orang yang mengejarku yang tiba-tiba muncul dari belakang sambil memasang wajah marah.
Aku pun ketakutan sambil memohon maaf terus menerus.
     “Maaf pak, tadi saya cuman iseng taunya malah kena bapak,” jelasku pada bapak itu.
     “Oke saya maafkan tapi jangan kamu ulangi lagi, ngomong-ngomong malam-malang kayak gini kamu mau kemana bawa koper besar pula?” tanya orang itu.
    “Saya kabur dari rumah pak, ini masalah keluarga saya pak saya tidak bisa cerita sama bapak,” jelasku pada bapak itu.
     “Ya sudah kamu mau kemana, saya antar,” tawaran bapak itu padaku.
     “Saya mau ke rumah nenek saya, bapak mau antar saya ke jalan di depan saya untuk menunggu angkot,” pintaku pada bapak itu.
     “Oke ayo cepat naik.” Suruh orang itu.
Akhirnya orang itu mengantarku ke jalan raya.
            Setelah sampai di sana bapak berpamitan kepadaku untuk segera pulang.
     “Nak sampai sini aja ya bapak mau pulang,” pamit bapak padaku.
     “Iya pak, ga apa apa, makasih lho pak,” ucapku pada bapak.
Bapak pun langsung meninggalkanku di jalan. Aku pun termenung sendirian.
     “Harus apa aku, tak ada uang untuk naik angkutan umum,” ucapku lirih .
     “Eh.... Aku kan masih punya uang simpanan,” pikirku.
     “Tapi, cukup enggak ya untuk naik angkutan umum sampai rumah nenek?” tanyaku dalam hati, sambil menggaruk-garuk kepala . Akhirnya aku memberanikan diri.
            Sampailah aku di rumah nenek. Aku mengetuk rumah nenekku yang megah . Tok..tok...tok..., suara pintu yang ku ketuk.
     “Nek ini aku Jer Sausan cucumu,” teriakku sambil mengetuk pintu.
     “Iya, sebentar,”suara nenekku berteriak dari dalam.
Nenekpun membukakan pintu rumah.
     “Lho.. nak, kenapa kamu kesini malam-malam, naik apa kamu tadi?” tanya nenek padaku. “Nek, Sausan capek, kita cerita di dalam saja ya,” pintaku. Aku menceritakan semua peristiwa tadi sore. Nenek pun terkejut mendengarkan ceritaku. Karena aku takut penyakit asma nenek kambuh aku langsung mengalihkan pembicaraan.
     “Nek.. sekolahkanku di tempat yang baru!” Aku memohon.
     “Mengapa ingin sekolah di tempat baru?” heran nenek.
     “Aku tidak kuat tinggal dengan ayah dan ibu,” jawab ku .
      “Baiklah,” jawab nenek.
            Keesokan harinya nenek mengantarku ke sekolah baruku yaitu “Mantric School” ini adalah sekolah tata krama di sini para siswi diajari tentang sopan satun contohnya tata cara makan yang benar bagi perempuan, cara berbicara, cara berjalan dan lain-lainnya. Di sekolah ini para siswi diwajibkan tinggal di asrama.
            Hari pertamaku di Mantric School diawali masuk kelas tata krama berbicara. Di sini kami mengawalainya dengan perkenalan.
     “Ayo anak anak supaya kita bisa lebih akrap dan agar bisa kenal satu sama lain , ibu panggil satu satu  maju ke depan kelas untuk memperkenal kan diri,” ujar bu guru.
     “Baiklah bu....,” jawab kami serentak.
     “Dimulai dari bangku paling pojok dan dilanjutkan oleh bangku seterusnya,” ucap bu L.
     “Perkenalkan... hehehe. Namaku Jerry Naumin aku berasal dari Jakarta,” dengan wajahnya yang tanpa dosa. Dilanjutkan dengan ku.
     “Aku Jer sausan, asli orang Jowo,” kukatakan dengan logat jawa kentalku.
     “Saya I Caca Endy, orang Bali asli,” Caca berkata dengan lemah lembut.
     “Beta Oxaun Ibet, anak tunggal keluarga Sumarno dari Papua,” dengan sombongnya.
     “Gue, Entric Miar,” dia katakan dengan cuek.
     “Emm..sebentar anak-anak, Ibu mohon logat bicaranya dari masing-masing daerah dihilangkan, ini adala dimohon berbicara memakai bahasa Indonesia yang baik,” ucap bu L.
            Kami berlima yaitu Jerry Naumin, I Caca Endi, Oxaun Ibet, Entric Miar, dan aku Jer Sausan. Kami dipilih menjadi satu kamar. Pagi itu hari pertama kami di asrama. Kami bangun sangat pagi sekali.
     “Hoam..,” Jerry Naumin menguap.
Jerry Naumin memasuki kamar mandi paling awal dia mandi sangat lama. Sambil menunggu giliran mandi kami mempunyai rutinitas masing-masing.Aku sibuk menata tempat tidur, Oxaun Ibet membaca buku barunya, Entric Miar sedang mngutak atik alat yang diberikan pamannya.
            Setelah sekian lama.“Kira-kira Naumin ngapain ya di dalam kamar mandi, lama amat?” tanya I Caca Endy.
     “Tidur kali,” jawab Entric Miar bermaksud bercanda.
     “Bisa diem gak?” bentak Oxaun Ibet.
Sejenak terdiamlah semuanya. Naumin pun keluar dari kamar mandi dan duduk di meja riasnya untuk memulai merapikan rambutnya yang bergelombang itu. Kami pun bergantian untuk mandi dan setelah semua sudah siap untuk berangkat, kami bergegas menuju ke dapur asrama dan segera duduk.
     “Menu sarapan pagi ini apa ya?” tanya ku.
     “Menunya nasi goreng dengan makanan penutupnya puding coklat hangat serta minumannya jus jambu biji,” jawab koki ramah.
Setelah sarapan kami bergegas menuju ke kelas. Kelas hari ini adalah kelas tata krama berjalan. Pelajaran pertamanya adalah berjalan dengan hak tinggi setinggi 11 cm dan diatas kepala diberi dua tumpuk buku yang tebalnya 3 cm.
            Setelah pelajaran diakhiri mereka berlima menuju ke asrama untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu berkebun di kebun kaca lantai tiga asrama selatan.
     “Wih... baru kali ini ni aku berkebun, ternyata seru ya?” kagum Entric Miar
     “Dari kecil aku setiap minggu berkebun dengan kedua orang tua ku, tetapi sekarang tidak,” kataku.
     “Mengapa tidak, kamu kan masih mempunyai kedua orang tua,” jawab Jerry Naumin.
     “Kedua orang tuaku sudah bercerai semenjak aku sekolah disini...,” aku pun bercerita panjang lebar kepada mereka.
     “Maaf ya, aku tidak bermaksud untuk mengingatkan kamu kepada orang tuamu,” sesal Jerry Naumin padaku.
     “Iya, ga papa kok,” jawabku sambil tersenyum manis.  
Setelah kami usai berkebun kami segera menuju ke kamar. Tetapi sebelum kami menuju ke kamar kami menuju ke ruang ganti terlebih dahulu. Tetapi aku tidak ikut ke ruang ganti aku langsung menuju ke kamar.
     “Temen-temen aku ke kamar dulu ya aku mau nganbil sesuatu,” pamitku.
Ceritanya aku mau bikin kejutan buat mereka. Karena aku besok ulang tahun aku meletakkan undangan ultahku di atas kasur mereka. Setelah beberapa saat mereka masuk ke kamar, aku kebingungan untuk bersembunyi di mana.
     “Aduh..!! mereka menuju ke sini. Sembunyi di mana aku ini? bingungku dengan berlarian ke sana ke sini.
Akhir nya aku bersembunyi di belakang pintu kamar mandi.CEKLEK! suara teman-teman ku membuka pintu. Mereka masuk kamar sembari bercanda. Tak lama.
     “Hmm.. apa itu?” tanya Caca.
     “Sepertinya undangan ulang tahun untuk kita berempat,” jawab Oxaun Ibet.
 Setelah mereka baca, mereka mengetahui bahwa itu undangan dariku.

To My Friend : empat sahabatku
Hi, Friends, aku memberikan undangan ini dalam acara ulang tahunku yang ke-14 pada:
Hari                             : Sabtu
Tanggal                                    :  31 Desember 2014
Tempat dan waktu         : Restoran Choiyoung, 19.00-21.00
Ku tunggu, lho kehadiran kalian.....
Salam: Jer Sausan

 
     “Rupanya besok Jer Sausan ulang tahun,” ucap Caca terdengar dari kamar mandi.
   






 “Aku ingin ke kamar mandi, mengambil baju yang ku tinggal,” sahut Naumin.
Aku mendengar ucapan Naumin, aku bingung sekali bagimana caranya agar aku tidak ketahuan di kamar mandi, tetapi akhirnya aku mendapatkan akal. Aku mengirim pesan pada koki asrama agar menolongku dengan cara memanggil anak anak untuk makan siang. Kebetulan sekali saat itu memang waktunya makan siang.
     “Anak-anak waktunya makan siang,” teriaknya sambil mengelilingi asrama.
Keempat sahabatku langsung menuju ke dapur asrama.
     “Sepertinya ada yang kurang dech, tapi apa ya?” tanya Entric Miar.
     “O iya, Jer Sausan,” teriak mereka serentak.
     “ Aku disini, kalian ini baru ku tinggal sebentar aja udah kangen, gimana ku tinggal selamanya,” sahutku dengan maksud bercanda.
     “Mulai dehc GRnya, tetapi memang iya sih, kita kan sahabat jadi kurang satu rasanya ada yang hilang,” gumam Naumin dengan sedikit kealayannya.
Kamipun berjalan menuju dapur asrama sambil bercanda gurau.
     “Dari mana kamu dari tadi? ngomong ngomong makasih ya undangannya,” ucap Oxaun Ibet.
     “Iya.. makasih ya,” sahut ketiga sahabatku.
     “Oke, jangan lupa datang lho besok, dari mana ya... emm..emm iya dari kamar mandi iya itu he,em he he he,” ucap ku sambil menggaruk garuk kepala.
            Keesokan harinya pukul19.00. Semua para undangan sudah datang di acara ulang tahunku dan akan segera dimulai.
     “Aku dari tadi tidak melihat keempat sahabatku, mereka kemana ya?” tanyaku dalam hati.
Ternyata mereka berada ditengah-tengah para undangan. Aku pun segera menemui mereka. Aku sangat kagum melihat mereka sangat cantik-cantik sekali.
     “Wow.... kalian cantik-cantik sekali menggunakan gaun-gaun itu,” kagumku pada mereka berempat.
    “Iya..kan kita perempuan jadinya ya cantik, dasar kamu ini,” jawab Naumin.
     “Tapi beneran lho malam ini kalian itu beda banget,” jelasku pada mereka.
     “Tapi bener juga sih, kamu juga kok CANNTIIKK... banget,” ucap Naumin bermaksud membuatku GR.
     “Yuk..Yuk..Yuk kedepan acaranya mau dimulai,” ajakku sambil menggandeng mereka.
Acarapun dimulai tepat pukul19.15 dan diakhiri pukul 21.30.
            Saat disekolah keesokan harinya kami mulai membincangkan acara ulang tahuku kemarin saat di kantin.
     “Acaranya kemarin seru banget walaupun selesainya molor,” kata Caca sambil senyum senyum sendiri.
     “Iya seru banget, tahun depan undang kami lagi ya,” pinta Naumin padaku.
     “Oke, bisa...bisa, tapi aku juga mau dong kalian undang nanti saat kalian ulang tahun,” rayuku pada mereka.
     “BERES.....,” jawab mereka.
Teng...teng..teng...
Suara lonceng berbunyi dan kami pun bergegas menuju ke kelas untuk memulai pelajaran selanjutnya. 
            Beberapa bulan kemudian, sudah lama kami menjalani rutinitas di sekolah. Tibalah liburan semester. Aku dan sahabat-sahabatku mempunyai ide untuk berlibur bersama ke Paris.
     “Eh.. papa aku kan punya perusahaan penerbangan,” ucap Oxaun Ibet
     “Kebetulan sekali, boleh juga itu,”jawab I Caca Endy.
Kami pun segera menghubungi orang tua untuk meminta izin. Dan ternyata semua diizinkan untuk berlibur bersama, tetapi hanya aku yang tidak diizinkan oleh nenekku karena beliau takut aku tidak ada yang mengawasi. Tetapi setelah aku meyakinkannya lagi aku akhirnya diperbolehkan tetapi agak berat.Akhirnya kami berangkat.
            Di bandara kami segera masuk ke dalam pesawat agar tidak ketinggalan pesawat. Setelah sampai di sana kami disambut dengan pameran busana karya designer-designer terkenal.
     “Bajunya keren-keren...,” teriak Naumin.
     “Bener banget, gak sia-sia kita kesini,” ucap I Caca Endy.
Sesudah puas melihat pameran busana, kami langsung menuju tujuan kami selanjutnya yaitu menara Eiffel.
     “Foto-foto yuk. Buat kenang-kenangan,” ajak Jerry Naumin.
     “Yuk, yuk, yuk,” jawab Oxaun Ibet semangat.
Tanpa kami sadari karena terlalu asik berfoto-foto, Entric Miar tidak berada bersama kami.
     “Eh dari tadi aku tidak melihat batang hidung si cewek unik itu,” kata Naumin.
     “Memang kemana dia?” tanya ku.
     “Ke kamar mandi mungkin,” jawab I Caca Endy

Setelah kami menunggu terlalu lama kami pun sepakat untuk menyari Entric Miar. Kami akhirnya menyerah karena si unik itu tidak diketemukan. Kami pun tidak tahu harus apa . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar