Sesingkat Ini Kah?
Oleh: Aizza
Hari ini
Viona senang sekali karena ia akan pindah ke Kediri. Viona emang sering pindah
dari satu kota ke kota lain, karena memang tempat bekerja ayahnya juga berpindah-pindah.
Sesampainya di rumah barunya ia langsung membersihkan dan membereskan rumah.
Ketika selesai membersihkan dan membereskan rumah, Viona duduk di teras rumah
sambil melihat pemandangan sekitarnya.
Dari
kejauhan Tiara dan Kila melihat Viona yang duduk sendirian di teras rumah.
“Eh, Kila itu siapa ya, aku belum pernah
melihatnya,” tanya Tiara sambil melihat Viona dari kejauhan.
“Emmm...aku juga gak tau dan tidak
mengenalnya,” jawab Kila.
“Kita hampiri yuk....!” ajak Tiara sambil
menarik tangan Kila ke arah rumah Viona. Ketika sampai di rumah Viona mereka
berkenalan.
“Hei, bolehkah kita saling mengenal?” tanya
Kila sambil mengulurkan tangannya ke arah Viona.
“Boleh aja,” jawab Viona lugu dan malu-malu.
“Siapa namamu?” tanya Tiara.
“Kenalin namaku Viona, kalian siapa?” tanya
Viona kembali.
“Kenalin aku Kila dan ini temanku Tiara, kamu
bersal dari mana?” ujar Kila.
“Oh, aku berasal dari Jakarta, rumah kalian di
mana sih?” tanya Viona penasaran.
“Kalau rumahku di ujung pertigaan,” kata
Tiara.
“Kalau aku di depannya toko Mahanti,” sahut
Kila.
Karena terlalu asik mengbrol mereka jadi lupa waktu. Tak
terasa mereka sudah 2 jam mengobrol di teras rumah Viona.
“Viona, masuk!” teriak kakak Viona dari dalam
rumah.
“Ya, sebentar Kak,” ujar Viona
“Yaudah kami pulang dulu ya..! Tuh kakakmu
udah nyariin kamu,” kata Tiara.
“Ya, besok ke sini lagi ya kalau ada waktu,”
jawab Viona.
Akhirnya mereka semakin akrab, setiap hari bermain
bersama, dan semakin lama menjadi teman dekat.
Hari ini berbeda dengan hari yang lain, Viona
merasa kebingungan dan resah. Ternyata Viona mencari kalungnya yang hilang.
“Kamu, tahu nggak di mana kalungku?” tanya
Viona dengan wajah yang cemas.
“Enggak, aku enggak tahu kok, emang kenapa?”
jawab Kila sekaligus bertanya kepada Viona.
“Udahlah, kamu tahu nggak? kalau nggak tahu ya
udah,” jawab Viona dengan wajah mulai kesal.
“Coba kamu tanyakan kepada Tiara, mungkin dia
tau,” tegas Kila. Akhirnya mereka berdua pergi ke rumah Tiara.
“Tiara, kau yang menghilangkan kalungku ya?”
tanya Viona sambil marah-marah kepada Tiara.
“Emmm... Coba kamu ingat-ingat dulu deh, di mana
kamu terakhir melihatnya,” jawab Tiara dengan nada lemah lembut.
Setelah beberapa menit Viona mengingat, ternyata dia
tidak melihat kalungnya setelah pulang bermain dengan Tiara dan Kila.
“Mungkin, kalungmu jatuh waktu bermain dengan
kita,” ujar Kila untuk meredakan emosi Viona.
Viona
sudah mencari-cari di tempat mereka bermain, tetapi tidak membuahkan hasil.
“Ah, percuma aku tanya kalian, asalkan kalian
tahu ya, kalung itu satu-satunya peninggalan dari mamaku, bagiku kalung itu
sangat berharga, udahlah percuma aku ngomongin ini sama kalian, mulai detik ini
kita tidak akan berteman, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal,” ujar
Viona karena sudah kesal terhadap mereka berdua.
Viona meninggalakan mereka dengan marah, padahal Tiara
dan Kila baru tahu kalau mamanya Viona sudah meninggal. Dan kalung yang hilang
itu adalah kalung peninggalan mamanya yang tentu sangat berharga.
“Udah, sabar aja, perkataan Viona tadi jangan
dimasukkan hati. mungkin karena emosi,
dia jadi bilang kayak gitu,” sahut Tiara
sembari menenangkan Kila yang masih memikirkan perkataan Viona.
Semenjak
kejadian itu mereka tidak terlihat bermain bersama lagi. Beberapa hari ini Kila
tidak melihat Tiara. Ketika Kila perjalanan menuju alfamart di dekat pertigaan,
tiba-tiba terjadi sesuatu di depannya.
“Bruuuuuk!” terdengar suara yang sangat keras
dari ujung jalan, Kila langsung berlari ke arah suara itu, ternyata itu
kecelakaan.
“Tiara!” Kila langsung terkejut melihat
kejadian tersebut, karena ternyata yang kecelakaan adalah temannya sendiri.
Kila dan warga yang ada di sana langsung bergegas membawa
Tiara ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, setelah menunggu beberapa jam
lama, akhirnya dokter keuar dari UGD.
“Bagaimana dok, keadaan teman saya?” tanya
Kila dengan khawatir.
“Maaf kami sudah melakukan yang terbaik, namun
ternyata teman adik tidak bisa ditolong nyawanya karena luka di kepalanya yang
cukup serius,” jawab dokter.
“Maksud dokter teman saya meninggal?” tanya
Kila lagi.
“Ya, sabar ya dek ini sudah kehendak dari
Allah,” kata dokter sambil menenangkan Kila yang masih shock atas kejadian yang
menimpa temannya.
Kila langsung menuju ke ruang jenazah dan melihat keadaan
temannya yang sudah tidak bernyawa lagi. Kila mengamati jasad temannya, tak terasa
dia mengeluarakan tetes demi tetes air mata.
“Tiara, kenapa kamu tega meninggalkanku, Viona
sudah pergi meninggalkan kita, tapi kamu kenapa juga meninggalkanku Tiara?”
kata Kila dengan tersedu-sedu.
Untuk
beberapa hari ini Viona harus pergi ke luar negeri karena papanya ada rapat di
Singapura sekalian Viona diajak berlibur. Seminggu berlalu kini waktunya Viona
pulang ke Kediri. Ketika di perjalanan Viona mengingat kedua temannya, tidak
terasa sudah sebulan mereka tidak saling memberi kabar.
Viona
sudah punya rencana kalau sudah sampai di Kediri Viona akan langsung menemui
Tiara dan Kila dan meminta maaf kepa keduanya.
“Kila!” teriak Viona dari kejauhan sambil
berlari menghampiri Kila.
“Ini aku, kamu masih ingatkan?” tanya Viona
dengan wajah gembira.
“Ya, Viona aku masih ingat dong pastinya,”
jawab Kila.
“Dimana Tiara tolong panggilkan dia, aku mau
minta maaf dan ini aku bawakan oleh-oleh utuk kalian dari Singapura.” kata
Viona sambil menunjukkan oleh-olehnya.
“Itu Vin, Ti-Ti-Ti-Tiara anu...,” jawab Kila
gugup.
“Ada apa dengan Tiara, dia baik-baik sajakan?”
tanya Viona yang mulai resah.
“Emmm…itu Vin Tiara...,” kata Kila sangat
gugup.
“Kenapa, ada apa dengan Tiara?, katakan Kila,”
ujar Viona yang bertambah bingung.
“Tiara sudah meninggal Vin, kemarin dia
kecelakaan ditabrak motor,” ujar Kila dengan wajah tidak tega memberitahu kabar
ini kepada Viona.
“He...he..hemmm.. kenapa Allah sangat tega
kepadaku, mengapa Allah mengambil orang yang kusayangi, pertama mamaku, keduanya
Tiara habis itu siapa lagi,” kata Viona dengan sedih yang sangat mendalam
karena orang yang dia sayangi telah tiada.
“Padahal
aku dulu marah-marah karena tidak senganja, aku emosi, karena panik, aku tidak
mau lagi orang yangku sayangi pergi, maaf kan aku ya Kila, ku mohon!” pinta
Viona.
“Ya,
dari dulu sudah aku maafin kok, yang masalah Tiara jangan kamu fikirkan lagi,
Tiara sudah tenang di alam sana, lebih baik kita menjalani hidup kita yang baru
dan memulainya dari awal lagi, oke?” kata Tiara menyemangati Viona.
“Siap, oke
bos, kita sahabat dan aku janji aku tidak akan mengulangi kejadian kemarin dan
terus menjaga kamu, supaya kau tetap berada disampingku,” jawab Viona dengan
lega.
Akhirnya
mereka menjadi sahabat selamanya, mereka saling menjaga. Meskipun penyesalan
Viona masih terpendam di dalam hatinya dan kesakitan hati Kila masih terasa,
karena tingkah Viona. Namun mereka tetap bersahabat. Mereka tidak pernah
mengingat hal yang pernah terjadi itu, karena bagi mereka itu adalah takdir
sang kuasa. Atau mungkin itu adalah hal yang paling terbaik untuk mereka.
“Kapan-kapan kita ziarah ke makamnya Tiara
ya?” tanya Viona.
“Ya, lah, bagaimanapun juga dia kan juga teman
kita,” ujar Kila.
------^_^-------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar