Senin, Januari 25, 2016

Antologi Cerpen : Sesingkat Ini Kah?

Sesingkat Ini Kah?
Oleh: Aizza
            Hari ini Viona senang sekali karena ia akan pindah ke Kediri. Viona emang sering pindah dari satu kota ke kota lain, karena memang tempat bekerja ayahnya juga berpindah-pindah. Sesampainya di rumah barunya ia langsung membersihkan dan membereskan rumah. Ketika selesai membersihkan dan membereskan rumah, Viona duduk di teras rumah sambil melihat pemandangan sekitarnya.
            Dari kejauhan Tiara dan Kila melihat Viona yang duduk sendirian di teras rumah.
“Eh, Kila itu siapa ya, aku belum pernah melihatnya,” tanya Tiara sambil melihat Viona dari kejauhan.
“Emmm...aku juga gak tau dan tidak mengenalnya,” jawab Kila.
“Kita hampiri yuk....!” ajak Tiara sambil menarik tangan Kila ke arah rumah Viona. Ketika sampai di rumah Viona mereka berkenalan.
“Hei, bolehkah kita saling mengenal?” tanya Kila sambil mengulurkan tangannya ke arah Viona.
“Boleh aja,” jawab Viona lugu dan malu-malu.
“Siapa namamu?” tanya Tiara.
“Kenalin namaku Viona, kalian siapa?” tanya Viona kembali.
“Kenalin aku Kila dan ini temanku Tiara, kamu bersal dari mana?” ujar Kila.
“Oh, aku berasal dari Jakarta, rumah kalian di mana sih?” tanya Viona penasaran.
“Kalau rumahku di ujung pertigaan,” kata Tiara.
“Kalau aku di depannya toko Mahanti,” sahut Kila.
Karena terlalu asik mengbrol mereka jadi lupa waktu. Tak terasa mereka sudah 2 jam mengobrol di teras rumah Viona.
“Viona, masuk!” teriak kakak Viona dari dalam rumah.
“Ya, sebentar Kak,” ujar Viona
“Yaudah kami pulang dulu ya..! Tuh kakakmu udah nyariin kamu,” kata Tiara.
“Ya, besok ke sini lagi ya kalau ada waktu,” jawab Viona.
Akhirnya mereka semakin akrab, setiap hari bermain bersama, dan semakin lama menjadi teman dekat.
Hari ini berbeda dengan hari yang lain, Viona merasa kebingungan dan resah. Ternyata Viona mencari kalungnya yang hilang.
“Kamu, tahu nggak di mana kalungku?” tanya Viona dengan wajah yang cemas.
“Enggak, aku enggak tahu kok, emang kenapa?” jawab Kila sekaligus bertanya kepada Viona.
“Udahlah, kamu tahu nggak? kalau nggak tahu ya udah,” jawab Viona dengan wajah mulai kesal.
“Coba kamu tanyakan kepada Tiara, mungkin dia tau,” tegas Kila. Akhirnya mereka berdua pergi ke rumah Tiara.
“Tiara, kau yang menghilangkan kalungku ya?” tanya Viona sambil marah-marah kepada Tiara.
“Emmm... Coba kamu ingat-ingat dulu deh, di mana kamu terakhir melihatnya,” jawab Tiara dengan nada lemah lembut.
Setelah beberapa menit Viona mengingat, ternyata dia tidak melihat kalungnya setelah pulang bermain dengan Tiara dan Kila.
“Mungkin, kalungmu jatuh waktu bermain dengan kita,” ujar Kila untuk meredakan emosi Viona.
            Viona sudah mencari-cari di tempat mereka bermain, tetapi tidak membuahkan hasil.
“Ah, percuma aku tanya kalian, asalkan kalian tahu ya, kalung itu satu-satunya peninggalan dari mamaku, bagiku kalung itu sangat berharga, udahlah percuma aku ngomongin ini sama kalian, mulai detik ini kita tidak akan berteman, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal,” ujar Viona karena sudah kesal terhadap mereka berdua.
Viona meninggalakan mereka dengan marah, padahal Tiara dan Kila baru tahu kalau mamanya Viona sudah meninggal. Dan kalung yang hilang itu adalah kalung peninggalan mamanya yang tentu sangat berharga.
“Udah, sabar aja, perkataan Viona tadi jangan dimasukkan  hati. mungkin karena emosi, dia jadi bilang kayak gitu,”  sahut Tiara sembari menenangkan Kila yang masih memikirkan perkataan Viona.
            Semenjak kejadian itu mereka tidak terlihat bermain bersama lagi. Beberapa hari ini Kila tidak melihat Tiara. Ketika Kila perjalanan menuju alfamart di dekat pertigaan, tiba-tiba terjadi sesuatu di depannya.
“Bruuuuuk!” terdengar suara yang sangat keras dari ujung jalan, Kila langsung berlari ke arah suara itu, ternyata itu kecelakaan.
“Tiara!” Kila langsung terkejut melihat kejadian tersebut, karena ternyata yang kecelakaan adalah temannya sendiri.
Kila dan warga yang ada di sana langsung bergegas membawa Tiara ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, setelah menunggu beberapa jam lama, akhirnya dokter keuar dari UGD.
“Bagaimana dok, keadaan teman saya?” tanya Kila dengan khawatir.
“Maaf kami sudah melakukan yang terbaik, namun ternyata teman adik tidak bisa ditolong nyawanya karena luka di kepalanya yang cukup serius,” jawab dokter.
“Maksud dokter teman saya meninggal?” tanya Kila lagi.
“Ya, sabar ya dek ini sudah kehendak dari Allah,” kata dokter sambil menenangkan Kila yang masih shock atas kejadian yang menimpa temannya.
Kila langsung menuju ke ruang jenazah dan melihat keadaan temannya yang sudah tidak bernyawa lagi. Kila mengamati jasad temannya, tak terasa dia mengeluarakan tetes demi tetes air mata.
“Tiara, kenapa kamu tega meninggalkanku, Viona sudah pergi meninggalkan kita, tapi kamu kenapa juga meninggalkanku Tiara?” kata Kila dengan tersedu-sedu.
 Untuk beberapa hari ini Viona harus pergi ke luar negeri karena papanya ada rapat di Singapura sekalian Viona diajak berlibur. Seminggu berlalu kini waktunya Viona pulang ke Kediri. Ketika di perjalanan Viona mengingat kedua temannya, tidak terasa sudah sebulan mereka tidak saling memberi kabar.
            Viona sudah punya rencana kalau sudah sampai di Kediri Viona akan langsung menemui Tiara dan Kila dan meminta maaf kepa keduanya.
“Kila!” teriak Viona dari kejauhan sambil berlari menghampiri Kila.
“Ini aku, kamu masih ingatkan?” tanya Viona dengan wajah gembira.
“Ya, Viona aku masih ingat dong pastinya,” jawab Kila.
“Dimana Tiara tolong panggilkan dia, aku mau minta maaf dan ini aku bawakan oleh-oleh utuk kalian dari Singapura.” kata Viona sambil menunjukkan oleh-olehnya.
“Itu Vin, Ti-Ti-Ti-Tiara anu...,” jawab Kila gugup. 
“Ada apa dengan Tiara, dia baik-baik sajakan?” tanya Viona yang mulai resah.
“Emmm…itu Vin Tiara...,” kata Kila sangat gugup.
“Kenapa, ada apa dengan Tiara?, katakan Kila,” ujar Viona yang bertambah bingung.
“Tiara sudah meninggal Vin, kemarin dia kecelakaan ditabrak motor,” ujar Kila dengan wajah tidak tega memberitahu kabar ini kepada Viona.
“He...he..hemmm.. kenapa Allah sangat tega kepadaku, mengapa Allah mengambil orang yang kusayangi, pertama mamaku, keduanya Tiara habis itu siapa lagi,” kata Viona dengan sedih yang sangat mendalam karena orang yang dia sayangi telah tiada.
“Padahal aku dulu marah-marah karena tidak senganja, aku emosi, karena panik, aku tidak mau lagi orang yangku sayangi pergi, maaf kan aku ya Kila, ku mohon!” pinta Viona.
“Ya, dari dulu sudah aku maafin kok, yang masalah Tiara jangan kamu fikirkan lagi, Tiara sudah tenang di alam sana, lebih baik kita menjalani hidup kita yang baru dan memulainya dari awal lagi, oke?” kata Tiara menyemangati Viona.
“Siap, oke bos, kita sahabat dan aku janji aku tidak akan mengulangi kejadian kemarin dan terus menjaga kamu, supaya kau tetap berada disampingku,” jawab Viona dengan lega.
Akhirnya mereka menjadi sahabat selamanya, mereka saling menjaga. Meskipun penyesalan Viona masih terpendam di dalam hatinya dan kesakitan hati Kila masih terasa, karena tingkah Viona. Namun mereka tetap bersahabat. Mereka tidak pernah mengingat hal yang pernah terjadi itu, karena bagi mereka itu adalah takdir sang kuasa. Atau mungkin itu adalah hal yang paling terbaik untuk mereka.
“Kapan-kapan kita ziarah ke makamnya Tiara ya?” tanya Viona.
“Ya, lah, bagaimanapun juga dia kan juga teman kita,” ujar Kila.

------^_^-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar