Selasa, Februari 09, 2016

Antologi Cerpen : Bulan yang Takkan Retak

Bulan yang Takkan Retak
Oleh: Kamila

 Jam menunjukkan pukul 9.30 WIB waktu pelajaran jam ke-4 telah selesai dan waktu istirahat pun tiba. Pada hari itu, siswa kelas 5 banyak yang berpuasa sunnah Senin-Kamis. Meskipun banyak siswa yang berada di dalam kelas, namun suasana di dalam kelas tampak sepi karena mereka fokus pada laptop masing-masing. Sedangkan teman yang tidak puasa menuju ke kantin untuk membeli makanan ringan dan memakannya di luar kelas karena mereka semua ingin menghormati teman yang sedang berpuasa.
Di kelas itu, ada empat sahabat yang bernama Asma, Nadia, Dita, dan Rasti. Nadia sebangku dengan Asma, sedangkan Dita sebangku  dengan Rasti. Keempat sahabat itu selalu bersama dalam suka maupun duka. Salah satu di antara mereka ada yang bercita-cita menjadi seorang fotografer sehingga ke mana saja dan di mana saja selalu membawa kamera yaitu Rasti. Pada hari itu, yang berpuasa hanya Rasti dan Asma. Sedangkan Nadia dan Dita tidak berpuasa, akan tetapi yang pergi ke kantin hanya Nadia karena Dita bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas.                                                                 
“Dit, ayo ke kantin!” ajak Nadia
“Nggak ahh .... tugasku numpuk nih....,” tanggap Dita
Waktu pelajaran masuk jam ke-5 Nadia serta teman-temannya pun masuk ke kelas menuju ke bangkunya masing-masing. Saat Nadia menuju ke bangkunya dan menengok ke lacinya dan ternyata laptopnya sudah tidak ada. Spontan Nadia berteriak  dengan lantang, ”Aaaaaaa....laptopku hilang,” Teman-teman yang semula fokus pada laptop masing-masing, seketika itu pandangan mereka semua langsung tertuju pada Nadia. Lalu Rasti menghampiri Nadia dan berusaha untuk menenangkannya. Waktu itu, guru yang biasa mengajar pada jam tersebut sedang ada halangan jadi di kelas 5 sedang jam kosong.
Nadia yang kehilangan laptop pun kebingungan mencari laptopnya ke sana-ke mari dan berharap supaya laptopnya segera ditemukan. Di tengah-tengah Nadia mencari laptop salah seorang sahabatnya yaitu Dita menghampiri dan membisiki Nadia.
“Nadia, aku tahu siapa yang telah mengambil laptopmu,” bisik Dita.
“Siapa, Dit?” tanya Nadia dengan wajah penasaran.
“Pasti Asma, dia kan bangkunya di sampingmu dan hanya dia yang tahu di mana kamu menyimpan laptopmu. Aku yakin bahwa dia yang telah mencuri laptopmu  karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia melirikkan matanya ke setiap sudut. Setelah situasi terlihat aman dia mulai menggerakkan tangannya menuju ke arah lacimu lalu ia memasukkannya ke dalam tasnya. Kemudian saat waktu istirahat telah habis dia langsung pura-pura tidur dengan pulas,” jelas Dita.
“Kalau nggak percaya, kamu geledah aja tasnya pasti ada laptopmu,” tambah Dita. Karena bagi Nadia pernyataan Dita cukup meyakinkan, ia pun percaya dengan ucapannya.
Teng...teng...tong...teng, bel tanda masuk pelajaran jam keenam berbunyi. Seketika itu, Asma mengucek-ucek matanya karena ia telah tertidur selama pelajaran kelima, Nadia menghampirinya dengan wajah kesal, tanpa pikir panjang ia pun langsung menuduhnya yang enggak-enggak. “Kamu kan yang ngambil laptopku? Alah ngaku aja, mana mungkin ada maling yang ngaku, kalo maling ngaku pasti penjara penuh. Mana bawa sini tasmu biar aku geledah,” ujar Nadia. Reflek, Asma langsung meneteskan air matanya.
“Kamu ini ngomong apa sih..? Mana mungkin aku mengambil laptop sahabatku sendiri. Ini tasku geledah aja kalau nggak percaya,” ujar Asma sambil memberikan tasnya kepada Nadia.“Alah sok nggak tau lagi...,” sahut Nadia.
Setelah menggeledah tas Asma, Nadia pun akhirnya menemukan laptopnya. Asma yang awalnya percaya diri, ia berfikir pasti tidak ada laptop di tasnya karena ia tidak mempunyai laptop sama sekali, seketika itu Asma langsung terkejut dan tidak percaya dengan apa yang telah ditemukan oleh Nadia. Asma pun tetap tidak mau mengakuinya ia tetap teguh dengan pendiriannya. “Tidak mungkin aku mencuri laptopmu dalam hidupku aku berjanji tidak akan mencuri, apa lagi hari ini aku sedang berpuasa,” ucap Asma. Nadia pun keluar kelas dan menuju ke ruang guru ia segera melaporkan kejadian yang telah terjadi dan menuduh Asma di hadapan wali kelasnya yang bernama Pak Dadang. Setelah mendengar semua laporan Nadia Pak Dadang tidak tinggal diam beliau segera menuju ke kelas untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya.
“Apakah kamu benar yang mencuri laptopnya Nadia?” tanya Pak Dadang kepada Asma.
“Tidak Pak, saya tidak mencuri laptopnya Nadia,” jawab Asma sambil menggelengkan kepalanya. Berbagai pertanyaan pun dilontarkan Pak Dadang kepada Asma dengan harapan supaya masalahnya cepat terselesaikan. Kemudian Pak Dadang memanggil Nadia dan bertanya kepadanya, “Dari mana kamu tahu kalau Asma yang telah mencuri laptopmu? Dan apa buktinya?”
“Dita Pak, yang memberi tahu saya. Buktinya laptop saya ada di dalam tasnya Asma,” jawab Nadia ia pun merasa bukti itu cukup kuat. Di tengah-tengah saat Pak Dadang menanyai Nadia, HP Pak Dadang berdering dan beliu langsung meninggalkan kelas. Kemudian Nadia memanggil Dita harapannya supaya ia dapat membantu menyelesaikan masalah.
Lalu salah seorang sahabat mereka yaitu Rasti datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah kamera kesayangannya. Dengan wajah penasaran Nadia bertanya kepada Rasti, “Sepertinya ada yang mau kamu bicarakan ya....? Jika iya apa yang mau kamu bicarakan?”
“Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan, tapi...... nanti ajalah sepulang sekolah, nanti kita kumpul di Taman Kirta ya.... Ntar aku akan ceritakan semuanya,” tanggap Rasti
Mereka menjawab dengan serentak, “ OK,”
Sepulang sekolah mereka bersama-sama menuju ke Taman Kirta kecuali Asma karena dia bilang ada acara keluarga yang sangat penting.
 “Ayo ceritakan!” pinta Nadia
“Sebenarnya..., yang mencuri laptomu itu Dita bukan Asma. Tadi aku melihat Dita sedang mengendap-endap seperti hendak menuju ke bangkumu. Kemudian aku mengikuti dari belakang dengan membawa sebuah kamera. Ketika dia menengok kanan kiri, ia pikir  tidak ada yang melihatnya dan saat ia menoleh ke arahku, aku pura-pura aja baca buku. Dia pun memulai aksinya setelah ia mendapatkan laptopmu langsung ia memasukkan ke dalam tas Asma. Sedangkan saat itu Asma sedang tertidur pulas. Pas kejadian itu aku langsung memotretnya,” jelas Rasti.
“Nggak mungkin Dita yang mencuri laptopku! Orang dia aja yang ngasih tau aku kalo Asma yang mencuri laptopku,” ucap Nadia dengan rasa tidak percaya.
“Apa buktinya?” tanggap Nadia
“Ini buktinya,” jawab  Rasti sambil memperlihatkan foto yang ada di kameranya.
“Jangan percaya sama Rasti, bisa saja kan itu hasil editan. Dia sama Asma kan sama-sama puasa jadi bisa saja mereka bersekongkol,” sahut Dita. Nadia sangat mudah dipengaruhi, Dita pun memanfaatkan keadaan itu untuk membalas dendamnya. Nadia yang semakin tidak percaya akhirnya meninggalkan semua teman-temannya, yang membuat kumpulan manusia itu juga bubar dengan rasa kecewa yang masih menyelimuti Rasti, tapi kemenangan untuk Dita.
Hari berikutnya ketika Nadia lewat di depan toilet, secara tidak sengaja ia mendengar suara Dita.
“Akhirnya aku bisa membalas dendamku pada Asma,” gerutu Dita.
“Apa.....dendam? Apa maksudmu?” tanya Nadia dengan wajah kesal sambil menghampiri Dita. Dita pun terpaksa menceritakan semuanya kepada Nadia.
“Aku yang telah mengambil laptopmu dan menaruhnya ke dalam tas Asma. Aku ingin membalaskan dendamku kepada Asma karena dia pernah menyakiti perasaanku. Meskipun dia telah minta maaf padaku mengatakan kalau ia tidak sengaja. Akhirnya aku melakukan hal itu supaya dia dibenci kalian semua,” terang Dita.
“Oohhh jadi pas aku ajak ke kantin kamu nggak itu gara-gara mau ngrencanain semuanya,” ujar Nadia.
“Iya...,tapi aku udah menyesal kok...karena aku baru merasa kalau aku sudah membuat persahabatan kita menjadi renggang,” sesal Dita.
“Tapi tidak begitu juga caranya, kan bisa dibicarakan baik-baik. Sekarang kamu harus menemui Asma untuk meminta maaf kepada mereka,” Tanggap Nadia seraya berjalan menuju ke kantin untuk menemui Asma dan Rasti. Sesampainya di kantin, Dita langsung memeluk Asma dan meminta maaf atas perbuatannya.
“Maafkan aku ya...aku telah membohongi kalian semua....,” ucap Dita dengan memohon sambil kepada ketiga sahabatnya.
“Maafkan aku juga ya...,” pinta Asma.
“Iya...jadi kita tetep sahabat kan...,” sahut Dita.
“Ya iyalah..., Sahabat Selamanya,” teriak Nadia dan Rasti seraya mengajak berpelukan.
Saat itu juga mereka berjanji tidak akan saling mengkhianati satu sama lain dan tetap menjaga persahabatannya sampai mati.



Antologi Cerpen : Bulan yang Takkan Retak

Bulan yang Takkan Retak
Oleh: Kamila

 Jam menunjukkan pukul 9.30 WIB waktu pelajaran jam ke-4 telah selesai dan waktu istirahat pun tiba. Pada hari itu, siswa kelas 5 banyak yang berpuasa sunnah Senin-Kamis. Meskipun banyak siswa yang berada di dalam kelas, namun suasana di dalam kelas tampak sepi karena mereka fokus pada laptop masing-masing. Sedangkan teman yang tidak puasa menuju ke kantin untuk membeli makanan ringan dan memakannya di luar kelas karena mereka semua ingin menghormati teman yang sedang berpuasa.
Di kelas itu, ada empat sahabat yang bernama Asma, Nadia, Dita, dan Rasti. Nadia sebangku dengan Asma, sedangkan Dita sebangku  dengan Rasti. Keempat sahabat itu selalu bersama dalam suka maupun duka. Salah satu di antara mereka ada yang bercita-cita menjadi seorang fotografer sehingga ke mana saja dan di mana saja selalu membawa kamera yaitu Rasti. Pada hari itu, yang berpuasa hanya Rasti dan Asma. Sedangkan Nadia dan Dita tidak berpuasa, akan tetapi yang pergi ke kantin hanya Nadia karena Dita bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas.                                                                 
“Dit, ayo ke kantin!” ajak Nadia
“Nggak ahh .... tugasku numpuk nih....,” tanggap Dita
Waktu pelajaran masuk jam ke-5 Nadia serta teman-temannya pun masuk ke kelas menuju ke bangkunya masing-masing. Saat Nadia menuju ke bangkunya dan menengok ke lacinya dan ternyata laptopnya sudah tidak ada. Spontan Nadia berteriak  dengan lantang, ”Aaaaaaa....laptopku hilang,” Teman-teman yang semula fokus pada laptop masing-masing, seketika itu pandangan mereka semua langsung tertuju pada Nadia. Lalu Rasti menghampiri Nadia dan berusaha untuk menenangkannya. Waktu itu, guru yang biasa mengajar pada jam tersebut sedang ada halangan jadi di kelas 5 sedang jam kosong.
Nadia yang kehilangan laptop pun kebingungan mencari laptopnya ke sana-ke mari dan berharap supaya laptopnya segera ditemukan. Di tengah-tengah Nadia mencari laptop salah seorang sahabatnya yaitu Dita menghampiri dan membisiki Nadia.
“Nadia, aku tahu siapa yang telah mengambil laptopmu,” bisik Dita.
“Siapa, Dit?” tanya Nadia dengan wajah penasaran.
“Pasti Asma, dia kan bangkunya di sampingmu dan hanya dia yang tahu di mana kamu menyimpan laptopmu. Aku yakin bahwa dia yang telah mencuri laptopmu  karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia melirikkan matanya ke setiap sudut. Setelah situasi terlihat aman dia mulai menggerakkan tangannya menuju ke arah lacimu lalu ia memasukkannya ke dalam tasnya. Kemudian saat waktu istirahat telah habis dia langsung pura-pura tidur dengan pulas,” jelas Dita.
“Kalau nggak percaya, kamu geledah aja tasnya pasti ada laptopmu,” tambah Dita. Karena bagi Nadia pernyataan Dita cukup meyakinkan, ia pun percaya dengan ucapannya.
Teng...teng...tong...teng, bel tanda masuk pelajaran jam keenam berbunyi. Seketika itu, Asma mengucek-ucek matanya karena ia telah tertidur selama pelajaran kelima, Nadia menghampirinya dengan wajah kesal, tanpa pikir panjang ia pun langsung menuduhnya yang enggak-enggak. “Kamu kan yang ngambil laptopku? Alah ngaku aja, mana mungkin ada maling yang ngaku, kalo maling ngaku pasti penjara penuh. Mana bawa sini tasmu biar aku geledah,” ujar Nadia. Reflek, Asma langsung meneteskan air matanya.
“Kamu ini ngomong apa sih..? Mana mungkin aku mengambil laptop sahabatku sendiri. Ini tasku geledah aja kalau nggak percaya,” ujar Asma sambil memberikan tasnya kepada Nadia.“Alah sok nggak tau lagi...,” sahut Nadia.
Setelah menggeledah tas Asma, Nadia pun akhirnya menemukan laptopnya. Asma yang awalnya percaya diri, ia berfikir pasti tidak ada laptop di tasnya karena ia tidak mempunyai laptop sama sekali, seketika itu Asma langsung terkejut dan tidak percaya dengan apa yang telah ditemukan oleh Nadia. Asma pun tetap tidak mau mengakuinya ia tetap teguh dengan pendiriannya. “Tidak mungkin aku mencuri laptopmu dalam hidupku aku berjanji tidak akan mencuri, apa lagi hari ini aku sedang berpuasa,” ucap Asma. Nadia pun keluar kelas dan menuju ke ruang guru ia segera melaporkan kejadian yang telah terjadi dan menuduh Asma di hadapan wali kelasnya yang bernama Pak Dadang. Setelah mendengar semua laporan Nadia Pak Dadang tidak tinggal diam beliau segera menuju ke kelas untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya.
“Apakah kamu benar yang mencuri laptopnya Nadia?” tanya Pak Dadang kepada Asma.
“Tidak Pak, saya tidak mencuri laptopnya Nadia,” jawab Asma sambil menggelengkan kepalanya. Berbagai pertanyaan pun dilontarkan Pak Dadang kepada Asma dengan harapan supaya masalahnya cepat terselesaikan. Kemudian Pak Dadang memanggil Nadia dan bertanya kepadanya, “Dari mana kamu tahu kalau Asma yang telah mencuri laptopmu? Dan apa buktinya?”
“Dita Pak, yang memberi tahu saya. Buktinya laptop saya ada di dalam tasnya Asma,” jawab Nadia ia pun merasa bukti itu cukup kuat. Di tengah-tengah saat Pak Dadang menanyai Nadia, HP Pak Dadang berdering dan beliu langsung meninggalkan kelas. Kemudian Nadia memanggil Dita harapannya supaya ia dapat membantu menyelesaikan masalah.
Lalu salah seorang sahabat mereka yaitu Rasti datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah kamera kesayangannya. Dengan wajah penasaran Nadia bertanya kepada Rasti, “Sepertinya ada yang mau kamu bicarakan ya....? Jika iya apa yang mau kamu bicarakan?”
“Sebenarnya ada yang mau aku bicarakan, tapi...... nanti ajalah sepulang sekolah, nanti kita kumpul di Taman Kirta ya.... Ntar aku akan ceritakan semuanya,” tanggap Rasti
Mereka menjawab dengan serentak, “ OK,”
Sepulang sekolah mereka bersama-sama menuju ke Taman Kirta kecuali Asma karena dia bilang ada acara keluarga yang sangat penting.
 “Ayo ceritakan!” pinta Nadia
“Sebenarnya..., yang mencuri laptomu itu Dita bukan Asma. Tadi aku melihat Dita sedang mengendap-endap seperti hendak menuju ke bangkumu. Kemudian aku mengikuti dari belakang dengan membawa sebuah kamera. Ketika dia menengok kanan kiri, ia pikir  tidak ada yang melihatnya dan saat ia menoleh ke arahku, aku pura-pura aja baca buku. Dia pun memulai aksinya setelah ia mendapatkan laptopmu langsung ia memasukkan ke dalam tas Asma. Sedangkan saat itu Asma sedang tertidur pulas. Pas kejadian itu aku langsung memotretnya,” jelas Rasti.
“Nggak mungkin Dita yang mencuri laptopku! Orang dia aja yang ngasih tau aku kalo Asma yang mencuri laptopku,” ucap Nadia dengan rasa tidak percaya.
“Apa buktinya?” tanggap Nadia
“Ini buktinya,” jawab  Rasti sambil memperlihatkan foto yang ada di kameranya.
“Jangan percaya sama Rasti, bisa saja kan itu hasil editan. Dia sama Asma kan sama-sama puasa jadi bisa saja mereka bersekongkol,” sahut Dita. Nadia sangat mudah dipengaruhi, Dita pun memanfaatkan keadaan itu untuk membalas dendamnya. Nadia yang semakin tidak percaya akhirnya meninggalkan semua teman-temannya, yang membuat kumpulan manusia itu juga bubar dengan rasa kecewa yang masih menyelimuti Rasti, tapi kemenangan untuk Dita.
Hari berikutnya ketika Nadia lewat di depan toilet, secara tidak sengaja ia mendengar suara Dita.
“Akhirnya aku bisa membalas dendamku pada Asma,” gerutu Dita.
“Apa.....dendam? Apa maksudmu?” tanya Nadia dengan wajah kesal sambil menghampiri Dita. Dita pun terpaksa menceritakan semuanya kepada Nadia.
“Aku yang telah mengambil laptopmu dan menaruhnya ke dalam tas Asma. Aku ingin membalaskan dendamku kepada Asma karena dia pernah menyakiti perasaanku. Meskipun dia telah minta maaf padaku mengatakan kalau ia tidak sengaja. Akhirnya aku melakukan hal itu supaya dia dibenci kalian semua,” terang Dita.
“Oohhh jadi pas aku ajak ke kantin kamu nggak itu gara-gara mau ngrencanain semuanya,” ujar Nadia.
“Iya...,tapi aku udah menyesal kok...karena aku baru merasa kalau aku sudah membuat persahabatan kita menjadi renggang,” sesal Dita.
“Tapi tidak begitu juga caranya, kan bisa dibicarakan baik-baik. Sekarang kamu harus menemui Asma untuk meminta maaf kepada mereka,” Tanggap Nadia seraya berjalan menuju ke kantin untuk menemui Asma dan Rasti. Sesampainya di kantin, Dita langsung memeluk Asma dan meminta maaf atas perbuatannya.
“Maafkan aku ya...aku telah membohongi kalian semua....,” ucap Dita dengan memohon sambil kepada ketiga sahabatnya.
“Maafkan aku juga ya...,” pinta Asma.
“Iya...jadi kita tetep sahabat kan...,” sahut Dita.
“Ya iyalah..., Sahabat Selamanya,” teriak Nadia dan Rasti seraya mengajak berpelukan.
Saat itu juga mereka berjanji tidak akan saling mengkhianati satu sama lain dan tetap menjaga persahabatannya sampai mati.



Antologi Cerpen : Awal dan Akhir yang Buruk

AWAL DAN AKHIR YANG BURUK
Oleh : Nisa B.

            Pagi itu aku berangkat sekolah agak siang karena aku telat bangun. Aku berangkat ke sekolah dengan terburu-buru karena takut kalau nanti sesampainya di sekolah aku terlambat. Sesampainya di sekolah aku kaget melihat banyak sekali guru dan teman satu kelasku berkumpul memadati halaman kelasku (6 B), aku pikir aku terlambat dan seketika aku melihat jam yang dari tadi melingkar di pergelangan tanganku, aku heran kok masih jam 06.18 udah masuk. Karena rasa takut terlambat dan rasa heran, tanpa berpikir panjang aku langsung berlari menuju halaman kelasku. Aku melihat Salsa menangis sambil menjawab beberapa pertanyaan yang keluar dari mulut Bu. Rena (salah satu guru BK yang ada di sekolahku). Aku semakin heran tapi aku lega karena aku tidak terlambat mengikuti pelajaran. Aku kaget karena ada orang yang menepuk pundakku, reflek seketika aku langsung menengok kebelakang, aku menjumpai Nindy yang berdiri tegap dibelakangku.
            “Ada apa ?” tanyaku kepada Nindy.
            “Kamu udah tau kalau Salsa dituduh Asa nyuri uang iuran kelas ?” tanya Nindy
            “Belum, lhooh itu Salsa beneran yang nyuri?” tanyaku dengan nada agak nggak percaya.
            “Nggak tau, aku juga bingung masasih Salsa yang baik hati kayak gitu tega nyuri uang      iuran kelas,” jawab Nindy dengan nada yang tak percaya.
            “Huuuffftt, owww  makasih udah mau kasih tau aku.”terima kasihku kepada Nindy          “Sama-sama,” Jawab Nindy
            Setelah beberapa menit halaman kelasku penuh dengan para kaum manusia, akhirnya sepi lagi setelah bel masuk jam pertama berbunyi. Semua berhamburan, begitu juga aku, aku berjalan agak cepat karena aku ingin menyusul Salsa yang berjalan di depanku. Tetapi tiba-tiba terdengan suara Bu.Rena(wali kelasku) yang memanggil Asa dan Salsa” Asa, Salsa nanti istirahat pertama kalian ke ruang guru” begitu suruh Bu.Rena. Setelah beberapa detik aku berlari-lari kecil mengejar Salsa,akhirnya tepat di depan pintu kelas aku bisa berjalan beriringan dengan Salsa, aku spontan melontarkan beberapa pertanyaan kepada Salsa.
            “Sal benerya kalau kamu yang nyuri uang iuran kelas itu ?” tanayaku kepada Salsa.
            “Nggak San, bener aku nggak pernah nglakuin hal yang seperti itu,” jawab Salsa.
            “Owwww, lha kenapa kok Asa bilang kalau kamu yang nyuri uang iuran itu ?” tanyaku.
            “Nggak tau, aku juga bingung. jawab Salsa dengan mata yang masih membengkak.
            “Owww, ya udah ya,” pamitku kepada Salsa.
            “Heeeemt” jawab Salsa sambil mengangguk.
Setelah mengetahui kebenaran dari Salsa aku merasa curiga kepada  Asa, tak berpikir panjang aku langsung menemui Asa yang sedari tadi duduk tidak jauh dari tempat dudukku dan Salsa.
            “Hai, Sa ?” sapaku kepada Asa.
            “Hai, ada apa ?”  tanya Asa kepadaku.
            “Enggak, aku hanya ingin tanya yang tadi pagi itu bener Salsa yang nyuri, apa jangan- jangan kamu hanya menuduh saja?” tanyaku dengan nada agak menuduh Asa.
            “Enak saja kamu, ya nggak lah kalau aku hanya mengada- ada,”  jawab Asa, dengan nada kesal kepadaku.
            “Buktinya apa kalau Salsa yang nyuri uang iuran itu?” tanyaku dengan tegas.
            “ Eeee,eeemmm,” Asa nggak bisa jawab.
            “Ya kan kamu nggak punya buktinya, sekarang ngaku aja deh dan ceritakan semua kebenaran yang kamu tutup-tutupin itu. Dan kenapa sih kamu tega melakukan perilaku sangat tercela ini?” tanyaku kepada Asa.
            “Ya, memang aku hanya mengada-ada, habisnya sihhh Salsa gayanya sok banget, aku ingin lihat Salsa dibenci temen-temen satu kelas, tapi ini hanya kamu yang tahu jadi jangan pernah kamu sekali-kali membuka aib ini,kalau terjadi awas kamu,” jawab Asa dengan nada mengancam.
            “Ohhhh, jadi begitu rupanya cara kamu, kecewa aku kepada kamu,” ungkapan kekecewaanku kepada Asa.

            Jam telah menunjukan pukul 09.30 waktunya bel istirahat pertama berbunyi. Semua murid-murid berhamburan keluar dari dalam kelas, banyak yang pergi kekantin dan ada juga yang hanya duduk-duduk di bawah pohon beringin. Tiba-tiba aku teringat bahwa Salsa dan Asa jam istirahat pertama disuruh Bu.Rena untuk ke  ruang guru.” Ohhh, ya. Asa dan Salsa mau keruang guru, kenapa aku nggak ikut mereka aja, akukan punya buktinya,di kantor aku akan mengungkapakan semua kebenaran itu.” kataku dalam hati. Akupun langsung masuk ke dalam kantor, di sana aku menjumpai Asa dan Salsa sedang bercakap-cakap dengan Bu.Rena. Akupun langsung pergi ke sana.
            “Assalamu’alaikum, Bu?” salamku kepada Bu.Rena.
            “Waalaikum salam, ada apa Sania?” tanya Bu.Rena kepadaku.
            “Itu Bu saya mau bilang kalau saya sudah tau semua kebenaran tentang kejadian tadi pagi. Sebenernya Asa yang berbohong, Asa hanya menuduh Salsa karena dia ingin melihat Salsa dibenci oleh teman-teman satu kelas,” kataku dengan nada yang agak ragu karena takut kalau nanti Asa marah.
            “Apa bukti kamu kalau Asa yang berbohong?” tanya Bu.Rena kepadaku.
            “Ada,Bu. Ini buktinya,” jawabku sambil menyodorkan sebuah Hp yang kugunakan untuk merekam suara Asa secara diam-diam.
Setelah beberapa menit kami menunggu Bu.Rena yang mendengarkan rekaman yang aku berikan, akhirnya Bu.Rena berbicara juga.
            “Asa, kenapa kamu melakukan hal seperti ini?” tanya Bu.Rena kepada Asa.
            “Maaf, Bu. Saya tidak akan mengulangi semua ini lagi,” sesal Asa.
            “Kenapa kamu minta maaf kepada saya? Seharusnya kamu minta maaf kepada Salsa yang telah kamu tuduh,” Suruh Bu.Rena kepada Asa.
            “Maaf ya Sal,” pinta maaf Asa kepada Salsa.
            “Iyaaaa, udah aku maafin kok. Tapi kamu nggak boleh mengulang semua kejadian ini lagi yaa,” pinta Salsa kepada Asa.
            “Oke, jawab Asa.
            Setelah kejadian itu kami mulai bersahabat. Banyak sekali momen yang kita lewatkan bersama-sama, seperti,  kita sering jalan-jalan bareng, ke toko buku bareng , belajar bersama, dan yang paling sering pergi ke kantin bareng. Aku baru sadar kalau kami juga memiliki wajah yang hampir sama, sampai-sampai ada orang yang mengira kalau kita itu saudara kembar.
Pernah beerapa kali kami ditanyai orang. Yang ku ingat sih salah satunya namanya Pak.Len. Saat kami sedang olahraga di SLG Pak.Len yang sedari tadi duduk didekat kami bertanya.
            “Dek, kalian ini saudara kembar ya ? Kok wajah kalian sama,” tanya Pak.Len kepada kami.
            “Nggak, Pak. Kami hanya sahabatan kok nggak saudaraan,” jawab kami hampiir bersamaan.
            “Ohhh, maaf dek, takkirain kalian saudaraan,” maaf Pak.Len kepada kami bertiga.
            “Ya Pak, nggak apa-apa kok,” jawab kami.
            “Heehe, ya udah ya dek,” pamit Pak.len kepada kami.
            “Yaaa, Pak” jawab kami agak sedikit berteriak.
Ingin ketawa saat aku mengingat peristiwa itu.
 Sekarang kami telah melalui semester dua. Tentu saja kami harus menghadapi UN untuk menentukan keulusan kami. Setelah melalui 3 hari dengan menghadapi mata pelajaran yang diujikan saat  hari UN. Maka saatnya hari-hari yang ditunggu-tunggu datang. Hari itu adalah hari pengumuman hasil nilai UN. banyak anak- anak yang datang lebih awal dari pada biasanya, aku melihat anak-anak sangat bersemangat berangkat ke sekolah, setelah bel masuk berbunyi semua murid masuk kedalam kelas dan diikuti oleh kepala sekolah yang akan mengumumkan hasil nilai UN. Setelah kepala sekolahku masuk aku melihat wajah teman- temanku yang pucat pasi, mungkin karena mereka takut mendapatkan nilai UN yang jelek. Akhirnya setelah diumumkan aku mengetahui hasil nilaiku, aku senang sekali karena berkat kerja keras dan giat belajar akhirnya aku, Asa, dan Salsa mendapat nilai tertinggi. Setelah pengumuman itu masing-masing siswa banyak yang repot mengurusi proses pendaftaran dan tes untuk masuk kesekolah yang mereka inginkan, begitu juga aku, Asa, dan Salsa. Aku,Asa, dan Salsa berniat ingin masuk kesekolah yang sama. Setelah mendaftarkan diri kita menempuh beberapa tes. Tes nya seperti tes tulis, kecakapan dalam berbicara dan tes wawancara. Setelah  tes demi tes  telah kita lalui akhirnya hasilnyapun diumumkan dan Alhamdulillah kita dapat keterima disekolah itu. Kita juga mendapat nilai yang bisa dibilang tingkatan tertinggi disitu, aku bahagia sekali tapi dibalik kebahagiaan itu ada sedikit kekecewaan karena Asa tiba-tiba mengundurkan diri di sekolah itu tanpa alasan yang jelas. Sejak saat itu aku dan Salsa nggak pernah lagi berkomunikasi dengan Asa. Tapi kita sering bertemu d ipersimpangan jalan tapi entah mengapa Asa nggak pernah menyapa kita dan bila kita menyapa dia Asa nggak pernah membalas sapaan kita. Dan sejak saat itu aku menyesal telah menerima Asa sebagai sahabatku dan Sahabat Salsa.


Antologi Cerpen : Persahabatan di Ujung Tes

PERSAHABATAN di UJUNG TES
Oleh: Isa Firdaus
                         Suatu hal yang ditunggu–tunggu oleh Sindy adalah tes di sekolah yang diidam-idamkan pada besok pagi. Tetapi ada yang mengganjal di hatinya teman-temannya sombong semua. Soal itu pun sampai-sampai membuat Sindy tak bisa tidur. Dia pun berjalan-jalan keluar kamar untuk mencari kesibukan dan untuk menghilangkan perasaan yang tak enak yang dipikirkannya. Terlihat Sindy dari kamar ibunya, ibunya pun terkejut karena anaknya sedang sibuk sendiri di luar kamar dan padahal Sindy akan melaksanakan tes besok pagi justru belum tidur, padahal kata kata Sindy, dia sudah merasa capek dan sangat mengantuk.
”Kenapa Nak, sampai pukul 10 malam  kok belum tidur, katamu tadi sudah capek?Ada apa, Nak?” kata ibu yang baru keluar dari kamarnya. Sindy pun terkejut dan langsung terrsenyum kepada ibunya.
”Tidak apa-apa, Bu,” kata Sindy.
“lya, tapi katamu tadi udah mengantuk?” kata ibu.
 Sindy pun terdim sejenak, “Aku hanya ingin mencari kesibukan aja, Bu,” kata Sindy sambil membuka bukunya.
“Ya udah, nanti kalau udah selesai cepat tidur ya, karna kan kamu besok akan melaksanakan tes,” ujar ibunya.
Sambil menatap ibunya dan tersenyum dia berkata, ”Ya...Bu, siiip deeecchhh,” Ibu pun membalas senyuman Sindy sambil berjalan menuju kamarnya.
_ _ _ _ _ & _ _ _ _ _
Sebelum berangkat Sindy juga belajar sambil menunggu ibunya yang masih bersiap-siap untuk mengantar Sindy
”Sarapan dulu, Nak!!” suruh ibu
 “Iyaaa Bu, bentar lagi masih seru...,” sahut Sindy yang seru membaca bukunya kakaknya.
“Ya udah, yang penting nanti sebelum berangkat udah sarapan, ya?” sahut ibunya lagi.
“Ya, Bu” jawab Sindy yang tidak ingin mengkhawatirkan ibunya.  
Sindy berangkat dengan wajah yang ceria, sangat PD, dan tidak menghiraukan soal yang dipikirkan tadi malam. Seusai memasuki gerbang sekolah itu Sindy pun bergegas untuk memasuki ruangannya untuk melakukan tes. Sebelum tes dimulai, Sindy sempat berbincang-bincang dengan teman seruangannya. Sampai-sampai dia mendapat teman yang banyak, ada yang bernama Linda, Manda, Windy, Icha, Irmas, Elok, Sasti, dan masih banyak lagi. Walaupun dia sendiri yang dari desa, dia tidak merasa minder, dia selalu percaya diri, dan justru dia disukai banyak orang, karena dia orangnya asyik banget.
Pada saat itu Sindy mendapat teman perempuan semua, karena dia itu orangnya tidak suka berteman sama laki-laki dan juga disebabkan di daerah rumahnya banyak anak laki-laki yang seumur dengannya yang anaknya usil-usil. Walaupun dia udah akarab sama teman yang sebanyak itu, tetapi masih ada yang kurang, teman yang akan duduk di sampingnya belum datang. Dia ingin tahu siapa yang akan duduk di sampingnya. Dia sampai-sampai geregatan karena teman yang ditunggu-tunggu belum nongol juga.
- - - - - # - - - - -
                        Sebentar lagi tes dimulai, teman yang akan duduk bersamanya belum sampai di ruangan itu. Sindy mengira dia akan duduk sendiri, dia pun tak peduli lagi dan dia melanjutkan belajarnya, tetapi dia tak ingin kalau dia akan duduk sendiri. Bukannya dia anak penakut tetapi dalam hatinya”Enggak seru niih .... kalau nggak ada teman sebangku,” ujarnya sambil membaca buku. Beberapa menit pun sudah berlalu, tes akan dimulai sebentar lagi sesudah bel sekolah itu berbunyi, itu tandanya peserta sudah siap untuk mengikuti tes pada hari ini.  
           Tidak lama setelah bel berbunyi, teman yang duduk di sampingnya datang pada saat tes akan dimulai. Sapanjang waktu mengerjakan Sindy dan sebangkunya tidak berbicara apapun. Tetapi waktu mengerjakan sudah habis dan akan pulang, temannya itu bertanya, “Siapa namamu?” katanya sambil tersenyum manis, “0ooh....namaku Sindy Erna Yusinta,“ jawab Sindy sambil menoleh ke teman yang ada  di sampingnya. Mereka berbincang dengan seru sampai-sampai waktu yang terbatas itu membuat mereka akrab. Dan mereka saling meminta nomor Hpnya, agar kalau tidak ketemu tetapi tetap menjalin persahabatan.
                        Seusai dia keluar dari ruangan, dia menuju ke parkiran dengan maksud mencari ibunya yang akan menjemputnya. Tetapi tiba-tiba Si Ivo menghampirinya dengan niat yang baik, untuk mengantar Sindy balik ke rumah
”Hai... lagi nunggu jemputan?” tanya Ivo yang bermaksud agr Sinndy terkejut.
“Hai ,hiiiihh Ivo buat kaget aja,” jawab Sindy yang hatinya deg-degan.
 “Ma’af, oo... ya tadi aku tanya kok nggak kamu jawab siiiihh?” ujar Ivo
 “Oh ya, ini jawabannya ya aku lagi nunggu jemputan,” jawab Sindy yang agak kesal
                       “Bareng aku aja, lagian aku juga kasihan sama kamu” tawar Ivo
“Nggak usah makasih, aku udah ngabarin ibuku, insyaallah bentar lagi dijemput,” tolaknya  yang tak ingin merepotkan teman barunya itu
“Beneran niih?” tawar Ivo sekali lagi
                       “Iiiiiiya, makasih ya atas tawarannya,” tolak Sindy sekali lagi
                       “Ya udah, kalau itu maumu,” jawab Ivo yang putus asa memaksa Sindy
                        “Hmm...tapi jangan marah, ya?” harap Sindy
                        “Nggak juga, tapi kamu juga nggak usah GR looo,” gurau Ivo
                        “Iiiiiih, emang aku GR masalah apa?” tegur Sindy kepada Ivo
“Masalah itu looh, jangan GR kalau aku nawarin kamu,” gurau Ivo lagi                 sambil tertawa terbahak-bahak
                        “Ohh, itu maksudmu?” tanya Sindy untuk menegaskan pertanyaannya
                        “Okey,” jawab Ivo dengan sangat alay
                        “Oooooh, gitu,” jawab Sindy dengan halus
“Itu mamaku udah jemput, aku duluan, ya?” tanya Ivo sambil menunjuk ke        arah mamanya
                        “Ya,” jawab Sindy
Sesudah Sindy bertemu ibunya yang akan menjemputnya, dia langsung naik ke kendaraan yang dibawa oleh ibunya. Dalam perjalanan pulang, Sindy sempat berkataa dalam hati”Ternyata teman-teman tidak seperti yang aku kira,“ dalam hatinya. Dan bercerita tentang teman sebangkunya tadi, tetapi saat Sindy akan cerita, eeeehh....justru ibunya bertanya duluan,
“Bagaimana tesnya tadi, Naaaak...???” tanya ibunya dengan hati khawatir.
“Alhamdulillah..... laancar, Buu,” jawabnya dengan wajah yang ceria untuk menenangkan hati ibunya.
“0h...ya, dapat pengalaman apa sewaktu tes?” tanya ibu
“Banyak Bu, temanku semakin banyak lalu teman sebangkuku itu orangnya sangat asyik, namanya Ivo dia sangat tomboi,” jawabnya sambil menggerak-gerakkan tangannya.
            Hampi 1 bulan Ivo tidak pernah SMS Sindy, kecuali saat pengumuman tes dulu, Sindy khawatir nanti temannya itu udah lupa sama dia”Biasanya kan dia yang SMS duluan, tapi minggu-minggu ini dia kok nggak SMS, ya. Coba kuSMS dia balas nggak ya,” ujarnya. “Ternyata dia tidak lupa denganku,” ungkapnya setelah SMSnya dibalas oleh Ivo. Semakin lama semakin akrab dan Sindy dekat dan mengenal lebih dekat dengan keluarganya Ivo, dan tahu alamat rumah teman yang hanya bertemu berapa jam saja itu. Setelah SMS sama Ivo, Sindy selalu bercerita dan bertanya kepada orang tunya,
“Yah, kota ini di mana?” tanya Sindy sambil menunjukkan alamat Ivo yang ada di tangannya kepada ayahnya.
“Ini alamatnya siapa, kok persis sama alamatnya pamanmu?” tanya ayah sambil menunjuk tulisan alamat itu.
                        “Maksud Ayah, Ivo saudara sepupuku, Yah?” Sindy tanya balik.
“Coba kamu tanya-tanya kepada Ivo tentang keluarganya!” suruh ayah kepada Sindy dan untuk memastikan permasalahan itu.
Akhirnya pun Sindy bertanya-tanya seperti orang kesasar dan Ivo membalas.
“Ternyata betul Ivo itu anak dari saudara ayah,” ujar ayah untuk membenarkan dan memastikan permasalahan tadi

Sindy  sangat terkejut karena dulu sahabatnya sendiri tetapi sekarang adalah sepupunya sendiri. Sindy sangat senang dan ingin segera mengabari Ivo kabar yang sangat mengejutkan  tetapi juga membuat senang ini. Keluarga  Ivo juga terkejut seperti keluarganya Sindy atas berita ini. Sampai-sampai Sindy terharu dan juga atas berita ini.   

Antologi Cerpen : Empat dalam 3 x 60

Empat dalam 3 x 60
Oleh : Fitri

Pada saat di depan gerbang sekolah baru Pooja, Hortons School, ia bertemu dengan Sonehri. Sonehri sangat ramah, baik hati, dan tidak sombong. Padahal ia adalah anak orang miskin. Maka dari itu, Pooja menjadi sadar bahwa orang miskin itu belum tentu jelek perangainya. Mereka pun menjadi sahabat. Satu jam kemudian, mereka duduk berdampingan. Pada saat itu, Pooja dan Sonehri tidak membawa penghapus, maka mereka meminjam Sukma yang ada di belakang mereka. Sukma adalah anak yang sederhana tetapi berwajah jelek. Saat Pooja meminjam penghapus, Pooja bertanya, ”Apa kamu tidak takut penghapusmu habis?”.
Sukma menjawab dengan senyuman, ”Kenapa takut. Takut hanya kepada Allah.” Pooja kagum dengan sikap dan kata-kata Sukma.
Setelah dua jam berlalu Pooja, Sonehri, dan Sukma pulang bersama-sama. Saat di depan sekolah ternyata Pooja telah dijemput sopirnya.
Saat di mobil, Belum sampai 24 jam, aku telah mempunyai dua sahabat. Anaknya pun juga baik-baik. Aku kagum terhadap mereka batin Pooja. Belum sempat mulut Pooja bungkam, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang membuka pintu mobil Pooja. Pooja jatuh di atas aspal. Langsung ada anak yang menolongnya. Tangan Pooja berlumuran darah dan pasir. Sopirnya langsung mengangkat Pooja ke trotoar agar tidak di tengah jalan. Kemudian sopir Pooja meminggirkan mobilnya agar tidak terjadi macet. Pooja pun dibawa ke Rumah Sakit Chiriro. Waktu di Rumah Sakit Chiriro, anak yang tadi menolong Pooja menunggu Pooja di ruang tunggu.
Saat Pooja sadar, Pooja bertanya kepada anak itu,”Siapa namamu?” Anak itu menjawab, “Namaku Kareena, terus siapa namamu?”.
Pooja menjawab, “Namaku Pooja, Salam kenal!!.”
Keesokan harinya, Pooja berangkat sekolah dengan tangan yang sedang diperban. Saat di sekolah, Pooja mengajak Sonehri dan Sukma mengikuti jurit malam. Mereka pun setuju. Setelah itu, Pooja mengajak Kareena. Pada saat itu, Kareena sedang mengikuti sekolah di kolong jembatan.
Pooja bertanya, “Siapa nama gurumu tadi?” Kareena menjawab, “Kalau yang laki-laki namanya Mr. Hide seperti namanya Ia sukanya sembunyi-sembunyi dan ngagetin orang. Kalau yang perempuan namanya Mrs. Awi.”
”Lha itu orangnya! Hai,,Mr. Hide!!” sahut Kareena lagi sambil menunjuk ke arah Mr. Hide.
”Oh,,ya ada apa?” tanya Mr. Hide.
”Gak ada apa apa Mr.!Oh ya,,ini ada teman baruku namanya Pooja,”balas Kareena.
”Oh Pooja!!, Haiii!! Mr. Hide pulang ya! Daa,,daa,,” izin Mr. Hide.
-------ΓΏ-------
Pooja siap-siap membawa satu lilin untuk jurit malam nanti. Saat Pooja telah  datang di alun-alun kota, mereka berempat langsung pergi untuk jurit malam. Lilin dibawa secara bergiliran. Saat Pooja yang membawa lilin, tiba-tiba ada lumpur di depan Pooja, Ia langsung melemparkan lilin. Ia kira bahwa itu adalah darah.
Suasana pun menjadi sepi, ”Maaf aku tidak sengaja,” sesal Pooja.
“Nggak apa apa kok. Aku malahan sering jalan di tempat sepi dan gelap,” jawab Sukma.
Kemudian Sonehri mengajak untuk melanjutkan perjalanan. Saat di dekat jembatan, mereka bertemu dengan Mrs. Awi.
“Hai Mrs. Awi sedang apa?” tanya Kareena.
“Tadi barusan beli nasi goreng. Ayo temani Mrs. Awi!” ajak Mrs. Awi. Setelah itu, suasana tidak menjadi sunyi lagi karena ada Mrs. Awi.
Keesokan harinya, Sukma, Sonehri, dan Pooja terlambat sekolah. Kareena pun juga terlambat, lalu Kareena ditanyai Mrs. Awi, “Kenapa telat? Apa karena semalam?” Kareena menjawab, “Iya miss,maaf!”.
Bel pulang sekolah berlalu. Pooja langsung membuka HP-nya saat di mobil. Ternyata ada SMS dari ayahnya. Pooja baca SMS dari ayahnya.
Nak, pergilah ke Mumbai, India. Ayah kangen kamu. Kutunggu kau, Nak!
Pooja pun sedih, karena Ia akan meninggalkan teman-temannya. Pooja pun menghampiri teman-temannya untuk berpamitan.
“Hai,teman-teman! Aku akan pergi ke Mumbai,India. Jadi jangan sesekali lupakan aku!” ujar Pooja.
-------ΓΏ-------
Saat telah tiba di Mumbai, Pooja diajak ayahnya ke client ayahnya bernama Mami Rahma. Mami Rahma mempunyai dua orang anak, yaitu Kakak Faiz dan Adek Rani. Pooja pun berkenalan dengan mereka. Mami Rahma menyuruh mereka untuk bermain di halaman rumah. “Hai,,perutku keroncongan, ayo beli ladoo!”ujar Pooja. Kakak Faiz dan Adek Rani menyetujui permintaan Pooja.
Mereka tiba di warung Cutki. Kelihatannya dagangan Cutki telah habis. Jadi,warung Cutki di tutup. Karena Kakak Faiz tidak percaya, Kakak Faiz mengetuk pintu rumah Cutki sambil berkata, “Cutki,tolong buka pintunya!”. Cutki pun langsung menmbukakan pintu sembaki berkata, “Iya sebentar.” Setelah pintu dibuka, Kakak Faiz bertanya kepada Cutki, ”Apakah ladoo mu masih ada?”. Cutki menjawab,”Masih kok. Aku ambilin dulu ya!”. Semua menjawab, “Oke.” Karena Cutki adalah pedagang curang, maka Ia mengurangi pemberat timbangan.
                                                                                                Kareena,Indonesia
Hai Pooja.
Apa kabar? Aku disini selalu merindukanmu.
Aku teringat akan canda tawamu.
Pulanglah aku menunggumu.
Setelah beli ladoo, Kakak Faiz mencuri sebagian ladoo yang telah dibeli Pooja. Adek Rani mengetahui ulah kakaknya itu, tetapi Ia tidak mau memberitahu Pooja dulu. Sesampai di rumah, Adek Rani baru memberitahukan dan sekaligus minta maaf atas perbuatan kakaknya itu.

Secara tidak sadar, Pooja meneteskan air mata saat membaca surat dari Kareena. Kemudian ia ingin pulang ke Indonesia menemui sahabat-sahabatnya.
 Setelah itu, Pooja menemui keluarga Mami Syifa, “Mami, kakak, adek maafkan kesalahanku ya!!. Tetapi....”. “Nggak apa apa kok, kak. Maafkan juga kesalahanku,” sela Adek Rani. Di sisi lain, ada Kakak Faiz yang sok cuek dengan kepergian Pooja. Saat Pooja telah pergi, Kakak Faiz langsung pergi ke kamar mandi. Sebab, Ia sebenarnya merasa bersalah karena telah mencuri ladoo Pooja.
Setelah itu, Ia langsung berangkat ke Indonesia sendirian.
-------ΓΏ-------
Saat tiba di Indonesia yang pertama di temui adalah Kareena, karena Kareena adalah sahabat yang terbaik. Lalu Pooja memeluk Sukma dan Sonehri secara bersamaan.
Pooja protes kepada temannya, “Kenapa hanya Kareena yang memberiku surat?”.
“Aku telah memberimu E-mail kemarin lusa di WarNet,” ujar Sukma.
“Hayoo, Sonehri tidak memberiku apa apa. Surat, E-mail apapun itulah,” protes Pooja kepada Sonehri.
“Maaf, aku sudah memberimu surat,” protes Sonehri. Sonehri berusaha meyakinkan Pooja, dia takut Pooja marah padanya.
Usut demi usut, Sonehri akhirnya mengetahui bahwa sebenarnya yang memberikan surat kepada Pooja adalah Sonehri. Tapi saat Sonehri menitipkan surat ke Kareena, Kareena justru menambahkan namanya di dalam surat itu. Setelah Sonehri mengetahui hal itu, ia menjadi lega. Karena kejadian ketidakamanatan dan kelupaan Kareena, hubungan Pooja dan Sonehri menjadi renggang. Sonehri ingin agar ia cepat-cepat memberitahu Pooja. Saat pertama kali Sonehri memberitahu Pooja, Pooja tidak percaya. Tetapi lama-kelamaan karena Sonehri sahabatnya, maka Pooja langsung mendatangi Kareena dan menanyakan kebenarannya. Ternyata Kareena lupa kalau ia dititipi surat oleh Sonehri. Kemudian ia menemukan surat itu di lacinya lalu ia kirimkan langsung ke Pooja melalui Rancho. Kareena meminta maaf kepada Sonehri atas kesalahannya.
“Maaf ya Sonehri aku lupa kalau kamu menitipi aku surat. Aku temukan di laciku, aku kira itu suratku. Jadi aku kirimkan ke Pooja,” Pooja menyesal telah menjauhi Sonehri.
Secara diam-diam, Pooja pun menjauhi Kareena karena kesalahannya. Contohnya, saat Pooja beli es degan, Pooja menraktir semua sahabatnya terkecuali Kareena. Pooja berkata kepada Kareena, “Maaf ya Pooja,, uangku telah habis.” Padahal pada kenyataannya uang Pooja masih ada Rp 20000, 00. Disaat Sukma berboncengan dengan Kareena, sepeda Sukma jatuh. Pooja hanya menolong Sukma dan sepedahnya saja. Padahal ada Kareena disana. “Maaf aku tidak menolongmu karena aku kira kamu bisa berdiri sendiri,” kata Pooja kepada Kareena.
Beberapa hari kemudian, saat semua sahabat Pooja mengerjakan PR masing-masing di gubuk tengah sawah. Disaat Sukma merasa soalnya sulit, Pooja mengajari Sukma yang sedang kesulitanpelajarannya. Kemudian saat Kareena, dalam pelajarannya, Pooja tidak mau membantunya alasannya dia masih sibuk. Sukma lama kelamaan kasihan terhadap Kareena.sukma pun bertekad untuk mengingatkan Pooja.
“Pooja, apakah kamu tak kasihan kepada Kareena. Sudah lama kamu menjauhi Kareena. Padahal perbuatan Kareena berhubungan dengan Sonehri. Sonehri aja yang kena dampak dari perbuatan Kareena mau meberi maaf kepada Kareena. Kamu kok justru yang marah kepada Kareena. Kita kan bersahabat. Sahabatkan tidak ada yang mau jika temannya pisah darinya. Dia kan pelupa Sahabat itu juga tidak memandang siapa itu sahabatnya. Mohon maafkanlah Kareena. Kareena kan gak sengaja,” usul Sukma sambil hampir tersujud di hadapan Pooja.
Pooja merasa Sukma benar, dan ia merasa perbuatannya salah. Tapi ia merasa ia harus merasakan apa yang di rasakan Sonehri pada saat Pooja menjauhi Sonehri. Sebernarnya Pooja tak tega karena mendengar kata-kata Sukma. Tapi karena Kareena dianggap salah banget oleh Pooja.
“Ah,, gak mau ah. Kesalahannya akan ku ampuni nanti jika ia nanti akan meminta maaf dihadapan Sonehri di depan mata kepalaku,” balas Pooja.
“Kamu kejam ya, Poo (Julukan Pooja). Aku nggak ngira kamu sekarang begitu. Yang menerima tanggungan Sonehri kok kamu yang marah. Secara singkat kujelaskan bahwa kau adalah orang gila, gila dan sangat, sangat gila . Kau nggak seperti yang aku kenal. Dan kau bukan Pooja yang aku kenal. Kau lah Pooja yang gila.”
“Kau juga beda. Kau membela yang salah. Bagaimana bisa jadi hakim? Kalau bisanya hanya milih yang salah. Hakim macam apa itu? Siapa ya, yang ingin jadi hakim,” sindir Pooja.
“Kau bukan sahabat ku lagi,” balas Sukma sambil meninggalkan Pooja sendirian di tengah lapangan.
Pooja kesal dia menyesal kembali ke Indonesia. Ia pun berkemas lalu pergi ke
 Lalu ia duduk dibelakang sendiri. Saat di dalam pesawat, dia ditemui pramugari.“Nak, mau makan dan minum apa?” tanya si Pramugari. “Aku mau makan nasi goreng pakai telur diatasnya. Lalu sama minumnya aku mau minum milk shake,” jawab Pooja dengan nada sombongnya. Kemudian pramugari itu pergi menuju ke dapur pesawat untuk mengambilkan Pooja makan dan minum.
“Indonesia membuatku kesal sama teman-temanku. Seandainya aku tidak ke Indonesia, tidak akan seperti ini jadinya,” ujar Pooja.
Kemudian banyak orang yang melihat kearah Pooja. Pooja meenjadi malu. Lalu, ada nenek-nenek yang menghampiri Pooja.
“Nak, sebenarnya apa masalahmu? Katakanlah Nak! Aku akan membantumu,” seru nenek itu.
Lalu Pooja menceritakan semua masalahnya. Kemudian nenek itu memberikan nasehat kepada Pooja. Pooja sangat kagum terhadap nenek itu. Setelah itu, Pooja memeluk nenek itu seraya berkata, “Nenek baik deh. Aku ingin nenek seperti nenek.”
“Nak,aku juga ingin punya cucu sepertimu ini. Enak diajak ngobrol,” Jawab nenek.
“Emangnya cucu nenek kenapa?” tanya Pooja.
“Sebenarnya nenek tak punya cucu. Jadi jika nenek punya cucu, nenek ingin ia sepertimu enak diajak ngobrol,” balas nenek.
“Nek, boleh nggak aku tidur bersandar di bahu nenek?” pinta Pooja.
“Boleh kok. Silahkan bersandar di bahu nenek,” Kata nenek.
Pooja pun tidur nyenyak di bahu nenek itu. Tak disadari Pooja telah sampai di India. Pooja pun dibangunkan nenek. Kemudian, Pooja turun dari pesawat sembaki berkata, “Terima kasih, Nenek.”
Setelah itu, Pooja Cuma mengelilingi India terus langsung pulang. Saat di pesawat yang menuju ke Indonesia, Seharusnya ada nenek disini! batin Pooja. Kemudian Pooja menonton TV di tablet nya. Pooja tidak sabar ingin melakukan apa yang disarankan nenek.
-------ΓΏ-------
Tak sadar, Pooja telah sampai di Indonesia. Pertama kalinya ia menemui Sonehri lalu menyuruh Sonehri untuk memanggil Sukma dan Kareena. Lalu ekspresi wajah Sonehri berubah menjadi termenung.
“Kenapa kamu Sonehri?” tanya Pooja,
“Sebenarnya Kareena telah meninggal.” Balas Sonehri sambil terisak.
“APPAAA?” kaget Pooja.
Pooja kamu jangan menyesal telah menjauhiku.
Aku telah memaafkanmu,,,
Aku menyayangimu Pooja.
Kau adalah sahabat terbaikku.
Aku akan mengenangmu sampai akhir hayatku.
Kau telah menjadi bagian dari hidupku.
Maafkan aku semua kesalahanku selama ini
Jika kau melupakanku dan mencari sahabat lagi silahkan..
Terserah kamu.
Yang penting kau pernah menjadi bagian hidupku.
Terima kasih atas segalanya..
I Love You Pooja.
Pooja menyesal karena belum meminta maaf kepada Kareena. Pooja pun menangis keras. Lalu Sonehri disuruh untuk memanggil Sukma. Setelah Pooja bertemu dengan Sukma, Pooja langsung bersujud dihadapannya. “Jangan begitu, aku sudah maafkan kamu kok. Ini ada surat dari Kareena sebelum ia telah tiada,” hibur Sukma.
Saat Pooja membaca kata, “Maafkan aku karena yang menarik pintu mobil adalah temanku laki-laki” ia langsung mengingat kejadian saat Pooja jatuh dari mobil. Stelah kejadian itu, Pooja dan sahabat lainnya mengambil hikmah ‘TERIMALAH SAHABATMU APA ADANYA. MAAFKAN DIA JIKA IA BERSALAH’.
Lalu, Pooja dan sahabat- sahabatnya melepaskan balon yang bertuliskan ‘Selamat Tinggal, Kareena’ ke udara. Mereka juga mempunyai tembok untuk curhatan mereka. Tembok itu bergambar foto mereka dengan Kareena.